Jumat, 25 Oktober 2013

SOP (Space Occupying Process)

2.1.        Patologi SOP (Space Occupying Process)
2.2.1.    Definisi  
SOP (Space Occupying Process) adalah sebuah lesi yang berasal dari sel-sel otak atau struktur disekelilingnya. Tumor otak terletak pada intrakranial yang menempati ruang didalam tengkorak. Di Indonesia sudah banyak menderita penyakit tumor otak sekitar 28 % penduduk Indonesia, tetapi pasien itu tidak mengetahui itu sendiri (Reeves C,J, cit. Rahman, 2001). 
2.2.2.   Etiologi
Penyebab tumor masih sangat sedikit yang diketahui. Radiasi merupakan salah satu dari faktor penyebab timbulnya tumor otak. Trauma, infeksi, dan toksin belum dapat dibuktikan sebagai penyebab timbulnya tumor otak tetapi bahan industri tertentu seperti nitrosourea adalah krasinogen yang paten. Limfoma lebih sering terdapat pada mereka yang mendapat imunosupesan seperti pada transplantasi ginjal. Sumsum tulang dan pada AIDS (Reeves C,J, cit. Rahman, 2001). 
2.2.3.   Klasifikasi
Tumor otak dapat diklasifikasikan sebagai berikut menurut (Lionel Ginsberg, Neurologi :117) yaitu :
1.     Benigna umumnya ekstra aksial, yaitu tumbuh dari meningen, nervus kranialis, atau struktur lain dan menyebabkan kompresi ekstrinsik pada substansi otak.
2.     Maligna umumnya intra aksial yaitu berasal dari parenkim otak :
a)  Primer umumnya berasal dari sel glia/neurobia (glioma) tumor ini diklasifikasikan maligna karena sifat invasif lokal, metastasis ekstrakranial sangat jarang, dan dikenali sebagai subtipe histologi dan derajat diferensiasi.
b)  Sekunder metastasis dari tumor maligna dari bagian tubuh lainnya. 
2.2.4.   Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurolagis. Gejala-gejala terjadi berurutan hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan klien. Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial. Gangguan vocal terjadi apabila penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi / inovasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak.
Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan kompersi invasi dan perubahan suplai darah kejaringan otak.
Peningkatan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor : bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi serebrospinal.
Pertumbuhan tumor akan menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan mengambilkan ruang yang relatif dari ruang tengkorak yang kaku.
Tumor ganas menimbulkan odem dalam jaringan otak. Mekanisme belum sepenuhnya dipahami namun diduga disebabkan selisih osmotik yang menyebabkan pendarahan. Obstruksi vena oedema  yang disebabkan kerusakan sawar darah otak semuanya menimbulkan kenaikan volume inntrakranial. Observasi sirkulasi cairan serebrospinal dari vantrikel laseral keruang sub arakhnoid menimbulkan hidrosephalus.
Peningkatan intrakranial akan membahayakan jiwa bila terjadi secara cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicaraknan sebelumnya. Mekanisme kompensasi memrlukan waktu berhari-hari / berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna bila apabila tekanan intrakranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini bekerja menurunkan volume darah intrakranial, volume cairan cerebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim.
Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi ulkus/ serebulum. herniasi timbul bila girus medalis lobus temporalis bergeser keinterior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemister otak. Herniasi menekan ensefalon menyebabkan kehilangan kesadaran dan menekan saraf ke tiga.
Pada herniasi serebulum tonsil sebelum bergeser kebawah melalui foramen magnum oleh suatu massa poterior (Suddart, Brunner., cit. Rahman, 2001).

2.2.5.   Pemeriksaan Penunjang
1.     Rontgent kepala
Untuk diagnostik sekurang-kurangnya diambil dari dua arah yaitu antero poterior dan lateral.
2.     Angiografi serebral.
3.     EEG.
4.     CT Scan.
5.     MRI (Rahman, 2011).

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda