Cephalgia
a. Pengertian Chepalgia
Nyeri
kepala atau cephalgia adalah nyeri atau rasa tidak enak di kepala, setempat
atau menyeluruh dan dapat menjalar ke wajah, mata, gigi, rahang bawah dan
leher. Struktur di kepala yang peka terhadap rasa nyeri adalah kulit, fasia, otot-otot,
arteri ekstra dan intraserebral, maningen, dasar fosa anterior, fosa posterior,
tentorium serebeli, sinus venousus, nervus V, VII, IX, X radiks posterior C2,
C3, Bola mata,rongga hidung, rongga sinus, dentin dan pulpa gigi. Sedangkan
otak tidak sensitif terhadap nyeri. Tulang tengkorak sendiri tidak peka nyeri
(Mansjoer, 2000).
Nyeri
kepala adalah gejala yang berkaitan dengan banyak proses peradangan.
Maningitis, ensefakitis, dan infeksi sinus, gigi, hidung, atau mata sering
disertai oleh gejala nyeri kepala (Price,2006). Maningitis merupakan radang
pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medulla spinalis) yang
disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur (Naga cit Smeltzer dan Bare, 2002).
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa nyeri ini dapat menjalar ke
tengukuk dan pinggang (Naga cit Mansjoer,2002). Encephalitis adalah infeksi
jaringan otak oleh berbagai macam mikroorganisme dengan tanda-tanda dan gejala
diantaranya adalah suhu badan yang mendadak naik, nyeri kepala sebelum
kesadaran menurun (Naga, 2012).
Nyeri
dapat digambarkan sebagai “suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang sudah atau
berpotensi terjadi, atau dijelaskan berdasarkan kerusakan tersebut. Bagi
dokter,nyeri adalah suatu masalah yang sedikit membingungkan. Nyeri adalah
alasan tersering yang diberikan oleh pasien apabila mereka ditanya kenapa
berobat. Dampak nyeri pada perasaan sejahtera pasien sudah sedemikian luas
diterima sehingga banyak institusi sekarang menyebut bahwa nyeri sebagai “tanda
vital kelima” dan mengelompokkannya sebagi tanda-tanda klasik suhu, nadi,
pernapasan dan tekanan darah.
Bagi
sebagian besar pasien, sensasi nyeri ditimbulkan oleh suatu cedera atau
rangsangan yang cukup kuat untuk berpotensi mencederai (berbahaya). Pada kasus
cedera atau berpotensi mencederai nyeri memiliki potensi protektetif, memicu
respon terhadap stress berupa penarikan, melarikan diri atau imobilisasi bagian
tubuh. Tetapi, apabila fungsi protektif ini sudah selesai nyeri dapat berlanjut
dapat memperlemah pasien. Karena sering disertai respon stress berupa
meningkatnya rasa cemas,denyut jantung, tekanan darah dan kecepatan pernapasan.
Nyeri akut mungkin dapat diperkirakan dan rekuen apabila terjadi cedera yang
berulang atau progesif (Price,2006).
b. Gejala – gejala cephalgia
Anamnase
khusus nyeri kepala meliputi: lama serangan, bentuk serangan ( terus menerus ),
lokalisasi nyeri, sifat nyeri ( berdenyut-denyut, rasa berat, menusuk-nusuk dan
lain-lain ), prodomal dan gejala penyerta. Faktor presipitas, faktor yang
mengurangi atau memperberat nyeri kepala. Pola tidur, faktor emosional/stress,
riwayat keluarga, riwayat trauma kepala, riwayat penyakit medik (peradangan
selaput otak, hipertensi, demam tifoid, sinusitis, glaukoma dan sebagainya ),
riwayat operasi, riwayat alergi, pola haid (pada wanita), riwayat pemakaian
obat (analgetik, narkotik, penenang dan lain-lain).
Pemeriksaan
khusus meliputi palpasi pada tengkorak untuk mencari kelainan bentuk. Nyeri
tekan dan benjolan. Palpasi pada otot untuk mengetahui tonus dan nyeri tekan
daerah tengkuk. Perabaan arteri temporalis superfisialis dan arteri karotis
komunis. Pemeriksaan leher, mata, hidung, tenggorokkan, telinga, mulut dan gigi
geligi perlu dilakukan. Pemeriksaan neurologi lengkap, dtekankan pada fungsi
saraf otak termasuk funduskopi, fungsi motorik, sensorik serta koordinasi.
Pemeriksaan
penunjang untuk nyeri kepala adalah pemeriksaan CT scan atau Magnetic Resonance
Imaging (MRI) otak hanya dilakukan pada nyeri kepala yang menunjukan
kemungkinan penyakit intrakranial ( tumor, perdarahan subaraknoid, AVM, dan
lain-lain ), elektroensefalogram dilakukan bila ada riwayat kejang, kesadaran
menurun, trauma kepala atau presinkrop, foto sinus paranasal untuk melihat
adanya sinusitis dan foto servikal untuk menentukan adanya spondiloartrosis dan
fraktur servikal (Mansjoer, 2000).
Pemeriksaan
radiologi berupa rontgen kepala polos. Rontgen vertebra servical dengan
indikasi bila ada nyeri oksipital atau suboksipital yang bukan disebabkan oleh
nyeri kepala tipe tegang. Arteriografi dengan indikasi bila ada kecurigaan
aneurisma, angioma atau perdarahan pada proses desak ruang, CT scan kepala
dengan indikasi bila ada kecurigaan ganguan struktural otak seperti neoplasma,
perdarahan intrakranial dan lain-lain (Twaddle cit Prabawani, 2011)
Menurut
Price cit Lance (2000) beberapa Pemicu nyeri kepala adalah peregangan atau
pergeseran pembuluh darah, traksi pembuluh darah, kontraksi otot kepala dan
leher (kerja berlebihan), peregangan periosteum (nyeri lokal), degenerasi spina
servikalis atas disertai kompresi pada akar nervus servikalis (misalnya
artritis vertebra servikalis), defisiensi enkefalin (peptida otak
mirip-opiat,bahan aktif pada endorfin).
Menurut Mansjoer (2000), nyeri
kepala yang menunjukan tanda bahaya dan memerlukan evaluasi penunjang adalah :
1.
Nyeri pertama hebat yang pertama timbul mendadak
2.
Nyeri kepala yang paling berat yang pernah dialami
3.
Nyeri kepala berat progresif selama beberapa hari atau seminggu
4.
Nyeri kepala yang timbul bila latihan fisis, batuk, bersin,
membungkuk, atau nafsu seksual meningkat
5.
Nyeri kepala yang disertai penyakit umum atau demam, mual, muntah
atau kuku kuduk
6.
Nyeri kepala yang disertai gejala neurologis (afasia, koordinasi
buruk, kelemahan fokal atau rasa baal, mengantuk, fungsi intelek menurun,
perubahan kepribadian, penurunan virus ).
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda