Selasa, 22 Oktober 2013

Cephalgia

a.      Pengertian Chepalgia
Nyeri kepala atau cephalgia adalah nyeri atau rasa tidak enak di kepala, setempat atau menyeluruh dan dapat menjalar ke wajah, mata, gigi, rahang bawah dan leher. Struktur di kepala yang peka terhadap rasa nyeri adalah kulit, fasia, otot-otot, arteri ekstra dan intraserebral, maningen, dasar fosa anterior, fosa posterior, tentorium serebeli, sinus venousus, nervus V, VII, IX, X radiks posterior C2, C3, Bola mata,rongga hidung, rongga sinus, dentin dan pulpa gigi. Sedangkan otak tidak sensitif terhadap nyeri. Tulang tengkorak sendiri tidak peka nyeri (Mansjoer, 2000).
Nyeri kepala adalah gejala yang berkaitan dengan banyak proses peradangan. Maningitis, ensefakitis, dan infeksi sinus, gigi, hidung, atau mata sering disertai oleh gejala nyeri kepala (Price,2006). Maningitis merupakan radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medulla spinalis) yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur (Naga cit Smeltzer dan Bare, 2002). Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa nyeri ini dapat menjalar ke tengukuk dan pinggang (Naga cit Mansjoer,2002). Encephalitis adalah infeksi jaringan otak oleh berbagai macam mikroorganisme dengan tanda-tanda dan gejala diantaranya adalah suhu badan yang mendadak naik, nyeri kepala sebelum kesadaran menurun (Naga, 2012).
Nyeri dapat digambarkan sebagai “suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang sudah atau berpotensi terjadi, atau dijelaskan berdasarkan kerusakan tersebut. Bagi dokter,nyeri adalah suatu masalah yang sedikit membingungkan. Nyeri adalah alasan tersering yang diberikan oleh pasien apabila mereka ditanya kenapa berobat. Dampak nyeri pada perasaan sejahtera pasien sudah sedemikian luas diterima sehingga banyak institusi sekarang menyebut bahwa nyeri sebagai “tanda vital kelima” dan mengelompokkannya sebagi tanda-tanda klasik suhu, nadi, pernapasan dan tekanan darah.
Bagi sebagian besar pasien, sensasi nyeri ditimbulkan oleh suatu cedera atau rangsangan yang cukup kuat untuk berpotensi mencederai (berbahaya). Pada kasus cedera atau berpotensi mencederai nyeri memiliki potensi protektetif, memicu respon terhadap stress berupa penarikan, melarikan diri atau imobilisasi bagian tubuh. Tetapi, apabila fungsi protektif ini sudah selesai nyeri dapat berlanjut dapat memperlemah pasien. Karena sering disertai respon stress berupa meningkatnya rasa cemas,denyut jantung, tekanan darah dan kecepatan pernapasan. Nyeri akut mungkin dapat diperkirakan dan rekuen apabila terjadi cedera yang berulang atau progesif (Price,2006).
b.     Gejala – gejala cephalgia
Anamnase khusus nyeri kepala meliputi: lama serangan, bentuk serangan ( terus menerus ), lokalisasi nyeri, sifat nyeri ( berdenyut-denyut, rasa berat, menusuk-nusuk dan lain-lain ), prodomal dan gejala penyerta. Faktor presipitas, faktor yang mengurangi atau memperberat nyeri kepala. Pola tidur, faktor emosional/stress, riwayat keluarga, riwayat trauma kepala, riwayat penyakit medik (peradangan selaput otak, hipertensi, demam tifoid, sinusitis, glaukoma dan sebagainya ), riwayat operasi, riwayat alergi, pola haid (pada wanita), riwayat pemakaian obat (analgetik, narkotik, penenang dan lain-lain).
Pemeriksaan khusus meliputi palpasi pada tengkorak untuk mencari kelainan bentuk. Nyeri tekan dan benjolan. Palpasi pada otot untuk mengetahui tonus dan nyeri tekan daerah tengkuk. Perabaan arteri temporalis superfisialis dan arteri karotis komunis. Pemeriksaan leher, mata, hidung, tenggorokkan, telinga, mulut dan gigi geligi perlu dilakukan. Pemeriksaan neurologi lengkap, dtekankan pada fungsi saraf otak termasuk funduskopi, fungsi motorik, sensorik serta koordinasi.
Pemeriksaan penunjang untuk nyeri kepala adalah pemeriksaan CT scan atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) otak hanya dilakukan pada nyeri kepala yang menunjukan kemungkinan penyakit intrakranial ( tumor, perdarahan subaraknoid, AVM, dan lain-lain ), elektroensefalogram dilakukan bila ada riwayat kejang, kesadaran menurun, trauma kepala atau presinkrop, foto sinus paranasal untuk melihat adanya sinusitis dan foto servikal untuk menentukan adanya spondiloartrosis dan fraktur servikal (Mansjoer, 2000).
Pemeriksaan radiologi berupa rontgen kepala polos. Rontgen vertebra servical dengan indikasi bila ada nyeri oksipital atau suboksipital yang bukan disebabkan oleh nyeri kepala tipe tegang. Arteriografi dengan indikasi bila ada kecurigaan aneurisma, angioma atau perdarahan pada proses desak ruang, CT scan kepala dengan indikasi bila ada kecurigaan ganguan struktural otak seperti neoplasma, perdarahan intrakranial dan lain-lain (Twaddle cit Prabawani, 2011)
Menurut Price cit Lance (2000) beberapa Pemicu nyeri kepala adalah peregangan atau pergeseran pembuluh darah, traksi pembuluh darah, kontraksi otot kepala dan leher (kerja berlebihan), peregangan periosteum (nyeri lokal), degenerasi spina servikalis atas disertai kompresi pada akar nervus servikalis (misalnya artritis vertebra servikalis), defisiensi enkefalin (peptida otak mirip-opiat,bahan aktif pada endorfin).
Menurut Mansjoer (2000), nyeri kepala yang menunjukan tanda bahaya dan memerlukan evaluasi penunjang adalah :
1.      Nyeri pertama hebat yang pertama timbul mendadak
2.      Nyeri kepala yang paling berat yang pernah dialami
3.      Nyeri kepala berat progresif selama beberapa hari atau seminggu
4.      Nyeri kepala yang timbul bila latihan fisis, batuk, bersin, membungkuk, atau nafsu seksual meningkat
5.      Nyeri kepala yang disertai penyakit umum atau demam, mual, muntah atau kuku kuduk

6.      Nyeri kepala yang disertai gejala neurologis (afasia, koordinasi buruk, kelemahan fokal atau rasa baal, mengantuk, fungsi intelek menurun, perubahan kepribadian, penurunan virus ).

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda