Anatomi Fisiologi Cranium
1.
Anatomi Fisiologi Cranium
Tengkorak
terdiri atas delapan tulang kepala dan empat belas tulang wajah. Pada tengkorak
juga terdapat tiga tulang kecil di rongga telinga medial kanan dan kiri serta
tulang hioid yang menopang dasar lidah. Tulang kepala membentuk rangka otak
yang membungkus dan melindungi otak, mata dan telinga. Nama beberapa di
ataranya adalah os frontale, os parientale (dua), os temporale (dua), os oksipitale, Os
Sfenoid dan os etmoidale
merupakan bagian dasar rangka otak dan orbit (soket) mata. Seluruh sendi pada
os cranial merupakan sendi yang tidak
dapat digerakkan,yang disebut sutura (Scanlon, 2007).
a. Cranium
atau Kalvaria
Cranium dibentuk oleh beberapa tulang yang dihubungkan
satu sama lain oleh tulang bergerigi yang disebut sutura, banyaknya delapan
buah dan terdiri dari 3 bagian (Syaifuddin, 2006).
1) Kubah cranium
Terdiri dari
tulang-tulang :
a)
Tulang
frontal
Tulang
frontal membentuk dahi, langit-langit ronggga nasal, dan langit-langit orbita
(kantong mata). Tulang frontal pada tahap kehidupan embrio terbentuk menjadi
dua belahan yang pada masa kanak-kanak awal berfungsi dengan penuh. Tubrositas
frontal adalah dua tonjolan yang berbeda ukuran dan biasanya lebih besar pada
tengkorak muda. Arkus supersiliar adalah dua lengkungan yang mencuat dan
menyatu secara medial oleh suatu elevasi halus yang disebut glabella. Tepi
supraorbital, yang terletak di bawah lengkungan supersiliar dan membentuk tepi
orbita bagian atas. Foramen supraorbital (atau takik pada beberapa tengkorak)
merupakan jalan masuk arteri dan syaraf (Sloane, 2003).
b)
Tulang
Parietal
Tulang
parietal membentuk sisi dan langit-langit cranium. Yang terdiri atas sutura
sagital, sutura koronal, dan sutura lamboidal. Sutura sagital adalah sutura
yang menyatukan tulang parietal kiri dan kanan. Sutura koronal menyambung
tulang parietal ke tulang frontal. Sutura Lamboidal menyambung tulang parietal
ke tulang oksipital (Sloane, 2003).
c)
Tulang
Oksipital
Tulang
kepala belakang terletak di belakang kepala pada os oksipital, terdapat sebuah
lubang cocok sekali dengan lubang yang terdapat dalam ruas tulang belakang yang
disebut foramen magnum. Foramen ini menghubungkan rongga cranial dengan rongga
spinal (Sloane, 2003). Tulang oksipital membentuk bagian dasar dan dan bagian
belakang Kranium (Syaifuddin, 2006).
d)
Tulang
Temporal
Membentuk
dasar dan sisi cranium (Sloane, 2003).
2) Dasar tengkorak
a)
Os
Sfenoid (Tulang baji)
Tulang
ini terdapat ditengah dasar tengkorak, bentuknya seperti kupu-kupu yang
mempunyai 3 pasang sayap. Di bagian depan terdapat sebuah rongga yang disebut
kavum sfenoidalis yang berhubungan dengan rongga hidung. Di bagian atasnya agak
meninggi dan berbentuk seperti pelana yang disebut sela tursika yaitu tempat
letaknya kelenjar buntu (hipofise).
b)
Os
Etmoidal (Tulang tapis)
Terletak
di sebelah depan dari os sfenoidal, diantara lekuk mata, terdiri dari tulang
tipis yang tegak dan mendatar. Bagian yang mendatar mempunyai lubang-lubang
kecil (lempeng tapis) yaitu tempat lalunya saraf pencium ke hidung sedangkan
bagian yang tegak di sebelah depannya membentuk sekat ronggga hidung. Di
samping dua tulang di atas dasar tengkorak ini juga dibentuk oleh bagian
tulang-tulang laing diantaranya tulang-tulang kepala belakang, tulang dahi dan
tulang pelipis. Adapun bentuk dari dasar tengkorak ini tidak rata tetapi
mempunyai lekukan yang terdiri dari lekukan depan, tengah, dan belakang
(Syaifuddin, 2006)
3) Temporal
Temporal dibentuk oleh tulang pelipis
(os temporal) dan sebagian dari tulang dahi, tulang ubun-ubun dan tulang baji.
Tulang pelipis terdapat disebelah kiri dan kanan samping kepala dan terbagi
atas 3 bagian yaitu :
a)
Bagian
tulang karang (Skuamosa), yang membentuk rongga-rongga yaitu rongga telinga
tengah dan rongga telinga dalam.
b)
Bagian
tulang keras (os petrosum) yang menjorok ke bagian tulang pipi dan mempunyai
taju yang disebut prosesus stiloid.
c)
Bagian
mastoid, terdiri dari tulang yang mempunyai lubang-lubang halus berisi udara
dan mempunyai taju, bentuknya seperti puting susu yang disebut prosesus mastoid
(Syaifuddin, 2006).
b. Facial Bones
Facial bones terdiri atas empat belas tulang,
tulang-tulang ini tidak bersentuhan dengan otak. Tulang tersebut disatukan
sutura yang tidak dapat bergerak.
1) Tulang-tulang nasal membentuk
penyangga hidung dan berartikulasi dengan septum nasal.
2) Tulang-tulang palatum membentuk bagian
posterior langit-langit mulut (langit-langit keras), bagian tulang orbital, dan
bagian rongga nasal.
3) Tulang-tulang Zigomatik (malar)
membentuk tonjolan pada tulang pipi. Setiap prosesus temporal berartikulasi
dengan prosesus zigomatikus pada tulang temporal.
4) Tulang-tulang maksila membentuk rahang
atas.
a) Prosesus alveolar, mengandung soket
gigi bagian atas.
b) Prosesus zigomatikus, memanjang ke
luar untuk bersatu dengan tepi infraorbital pada orbita. Foramen infraorbital
memperforasi maksila di setiap sisi untuk mentransmisi saraf dan pembuluh darah
ke wajah.
c) Prosesus palatines, membentuk bagian
anterior pada langit-langit keras.
d) Sinus Maksilar, yang kosong sampai ke
rongga nasal, merupakan bagian dari sinus paranasal.
5) Tulang lakrimal, berukuran kecil dan
tipis, serta terletak di antara tulang ethmoid dan maksila pada orbita. Tulang
lakrimal berisi suatu celah untuk lintasa duktus lakrimal, yang mengalirkan air
mata ke rongga nasal.
6) Tulang Vomer, membentuk bagian tengah
dari langit-langit keras diantara pallatum dan maksila, serta turut membentuk
septum nasal.
7) Konka nasal inferior (turbinatum)
8) Mandibula adalah tulang rahang bagian
bawah.
a) Bagian alveolar berisi soket gigi
bawah.
b) Ramus mandibular yang terletak di
kedua sisi rahang memiliki dua prosesus yaitu prosesus kondiloid yang berfungsi
untuk artikulasi dengan tulang temporal pada fosa mandibular dan prosesus
koronoid yang berfungsi sebagai tempat perlekatan otot temporal (Sloane, 2004).
Mandibula
membentuk sendi kondiloid dengan masing-masing os temporale. Sendi lain di
antara tulang wajah merupakan sutura. Maksila adalah tulang rahang atas, yang
juga membentuk bagian palatum durum anterior (langit-langit). Soket akar gigi
ditemukan pada maksila dan mandibula (Scanlon, 2007).
Gambar 2.3 Aspek anterior sinus paranasal (Bontrager, 2010)
Keterangan gambar :
1. Right temporal bone
2. Sinus frontal
3. Sinus ethmoid
4. Sinus sphenoid
5. Sinus maxilary
Gambar 2.2 Cranium – Lateral
view (Bontrager 2010)
Keterangan gambar :
1.
Pariental
2.
Occipital
3.
Temporal
4.
Sphenoid (left greater wing)
5.
Ethmoid
6.
Frontal
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda