Selasa, 22 Oktober 2013

Dari sisi ini saya melihat

Hari ini 22 oktober 2013 masih seperti hari - hari biasa setelah saya menyelesaikan kuliah. masih selalu sama apa yang saya kerjakan di rumah sembari menunggu panggilan kerja. Pagi ini tepat 4.30 saya terbangun dari tidur, seperti biasa setelah bangun tidur saya langsung sholat. yang berbeda di pagi ini dari pagi hari yang biasa adalah saya bangun lebih pagi daripada hari - hari sebelumnya. 4.40 setelah saya sholat subuh di pagi itu handset saya raih dan memulai mendengarkan alunan lagu di handphone saya. Hingga jarum jam menunjukan 5.30 saya beranjak dari tempat tidur saya dan memulai mencari informasi lewat televisi. Acara yang saya saksikan tiap pagi hampir selalu sama yaitu lensa olahraga pukul 5.30 dan atau acara religi di trans 7 yang jam tayangnya bebarangen dengan acara olahraga, 6.30 saya melihat kabar arena dan setelahnya saya lanjutkan dengan membersihkan rumah mulai dari menyapu, mengepel, mencuci dan saya mandi.
Waktu saya menyaksikan acara lensa olahraga terdapat berita-berita mengenai hasil undian play off piala dunia zona eropa hingga berita timnas nasional kita yang katanya sedang bangkit. Saat acara tersebut iklan saya ganti ke acara religi di trans 7 itu. Tema yang saat itu diangkat adalah mengenai pengemis. Dalam pembahasan saat itu diterangkan dengan hadist yang menyertainya lebih kurangnya seperti ini : kelak nanti di akherat siapa yang meminta tetapi sebenarnya dia mampu akan melihat wajahnya sendiri tanpa daging. Dalam acara itu dituturkan bahwa tidak seharusnya meminta - minta selagi seseorang mampu untuk mencari rejeki karana Allah SWT telah menjanjikan kepada umatnya tentang rejeki selama dia mau untuk meraihnya. Sungguh miris apa yang terlihat saat itu yang ditayangkan adalah orang- orang indonesia yang mengemis di salah satu masjid di ibu kota. Menurut hemat saya apa yang dijelaskan dalam acara itu benar, bahwa kita tidak perlu takut tidak mendapatkan rejeki karena semuanya telah diatur oleh yang Kuasa. Satu hal yang menjadikan manusia meminta - minta mungkin karena dia merasa bahwa dirinya lemah dan tidak ada apa - apanya. Padahal manusia diciptakan dengan akal sehat yang dapat berpikir. Dan dengan akal pikiranya itu diharapkan dapat mengerti dan memahami dirinya agar dapat mengubah nasibnya.
Beberapa jam setelah acara tersebut saya menjalankan aktivitas seperti biasa. Menyapu dan mandi, sebelum mandi kembali saya menyaksikan dalam sebuah acar tentang pengemis - pengemis berhati mulia. Saya salud dan bangga menyaksikan hal itu. Ada seorang pengemis yang tanpa sengaja mendapatkan cincin pada gelas tempat dia meraup rejeki akan tetapi keesokkan harinya cincin itu dikembalikan. Adapula yang mendapatkan koper jutaan rupiah karena bukan miliknya koper itu dikembalikan. Menyaksikkan acara itu saya juga merasakan malu. Betapa tidak pengemis - pengemis berhati mulia itu bukan berada di indonesia melaikan di negara lain. Saya mengerti orang - orang tersebut adalah golongan minoritas dan sangat sedikit adanya bahkan di negara yang sama. Tapi saya salud dibalik rasa ketidak mampuannya dia atau mereka masih dapat berperilaku jujur. Mereka tau itu bukan miliknya, mereka tau itu harus dikembalikan meskipun jika tidak dikembalikan dapat membuat nasib mereka berubah seketika. Dan dari sisi ini saya melihat bukan untuk membandingkan atau apa karena setiap orang harus kembali percaya rejeki sudah diatur.


0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda