A. Tabung sinar-X
Untuk pembuatan
sinar-X diperlukan sebuah tabung rontgen hampa udara dimana terdapat
elektron-elektron yang diarahkan dengan kecepatan tinggi (Rasad, 1992).
Tabung sinar-X
adalah bagian dari imaging system sinar-X yang jarang diperhatikan
oleh radiografer. Struktur eksternal dari tabung sinar-X terdiri dari tiga
bagian yaitu support structure, pelindung tabung, dan kaca atau metal
pembungkus, sedangkan stuktur internal terdiri dari dua elektroda yang disebut
anoda dan katoda (Bushong, 2001), sedang menurut Bushberg (2001), komponen
utama tabung sinar-X adalah anoda, katoda, rotor/stator, metal atau gelas
pembungkus, rumah tabung. Untuk gambaran diagnostik, elektron dari filament dipercepat
kearah ke anoda oleh kilovolt peak (kVp) dengan rentang 20.000 sampai
150.000 V (20 sampai 150 kVp).
Gambar 1. Tabung
Sinar-X (Bushberg, 2001)
Keterangan gambar:
1. Copper Electrode
2. Tungsten Target (anoda)
3. Katoda
4. Evacuated Glass housing
1. Katoda
Sumber elektron
tabung sinar-X adalah dari katoda, yaitu dari filament yang berbentuk helical terbuat
dari kawat tungsten yang dikelilingi olehfocusing cup. Filament
circuit memberikan voltase kurang lebih 10 V kepada filament,
memproduksi arus hingga 7A melewati filament (Bushberg, 2001).Sudut negatif
dari tabung sinar-X yang terdiri dari filament dan focusing cup. Filament adalah
sebuah coil dari kawat yang biasanya mempunyai panjang kira-kira 1
atau 2 cm dan berdiameter kira-kira 2 mm. Filament biasanya terbuat
dari tungsten. Tungsten memberikan emisi panas yang lebih tinggi
dan mempunyai titik lebur yang lebih tinggi dibandingkan logam-logam yang lain
(Bushong, 2001). Pada Focusing
cup, sebelum semua elektron bergerak dari katoda menuju katoda, sinar
elektron cenderung menyebar keluar karena penolakan elektrostatik (Bushong,
2001).
Gambar 2.
Katoda (Burshberg, 2001)
Keterangan gambar:
1. Focusing
cup
2. Small
focal spot filament
3. Large
focal spot filament
4. Focusing
cup
2. Anoda
Anoda adalah
sebuah target logam electrode yang mempunyai potensial positif. Elektron-elektron
membentur lapisan anoda membentuk suatu energi yang sebagian besar energi
menjadi energi panas dengan sedikit mengemisikan sinar-X (Bushberg, 2001).
Anoda merupakan
bagian positif dari tabung sinar-X. terdapat dua tipe anoda, yaitu anoda stationery atau
anoda diam dan anoda berputar ataurotating anode (Bushong, 2001), serupa
dengan yang dikumukakan Bushberg (2001), tabung sinar-X mempunyai bentuk anoda
diam dan anoda berputar. Bentuk sederhana dari tabung sinar-X adalah stationary
anode atau anoda diam. Anoda ini terbuat dari tungsten yang
ditempelkan pada blok tebaga pada anoda.
Gambar 3. Anoda
Diam dan Anoda Putar (Bushong, 2001)
Keterangan gambar:
1. Tungsten
2. Copper
3. Molybdenum
Anoda mempunyai
tiga fungsi dalam tabung sinar-X:
1) Menerima
pancaran elektron dari katoda, menginduksikan elektron tersebut malalui tabung
yang dihubungkan kabel dan kembali pada bagian tegangan tinggi tabung dari
pesawat sinar-X.
2) Anoda
sebagai support mekanik dari target.
3) Anoda
sebagai radiator suhu yang baik.
Sudut target
adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan target dengan garis vertikal, sudut
yang biasa digunakan dalam tabung sinar-X adalah antara 7-20 derajat. Rata-rata
dalam diagnostik adalah 17 derajat dari garis vertikal (Carroll, 1987).
Sedangkan menurut (Bushberg, 2001) sudut anoda didefinisikan sebagai sudut dari
permukaan target terhadap bidang pertengahan dari sinar-X. Sudut anoda pada
tabung sinar-X mempunyai rentang 7 hingga 20 derajat dan umumnya memakai
kemiringan sudut 12 sampai 17 derajat.
B. Produksi
Sinar-X
Sinar-X
diproduksi dari perpindahan energi dari satu bentuk ke bentuk lain. Elektron
yang bergerak cepat mempunyai energi kinetik dan energi kinetik tersebut diubah
menjadi energi panas dan energi radiasi ketika elektron tersebut secara tiba-tiba
terhenti oleh target.
Dalam pembentukan
sinar-X diagnostik sebagian besar menjadi energi panas (kira-kira 99%) dan
sebagian kecil (kira-kira 1%) menjadi sinar-X (Bushong, 2001).
Suatu tabung
pesawat roentgen mempunyai beberapa persyaratan, yaitu: mempunyai sumber
elektron, gaya yang mempercepat gerakan elektron, lintasan elektron yang bebas
dalam ruang hampa udara, alat pemusat berkas elektron, dan penghenti elektron
(Rasad, 1992).
1. Proses
Terjadinya Sinar-X
Menurut Rasad
(1992), proses terjadinya sinar-X adalah sebagai berikut:
a.
Katoda (filament) dipanaskan lebih dari 2000oC sampai
menyala menggunakan aliran listrik yang berasal dari transformator.
b. Karena
panas, elektron-elektron dari katoda terlepas.
c. Sewaktu
dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi, elektron-elektron akan
dipercepat gerakanya menuju anoda menggunakan alat pemusat (focusing cup).
d. Filament
dibuat relatif negatif terhadap target sehinnga terbentuk panas >99% dan
sinar-X <1%.
e. Pelindung
atau perisai timah akan mencegah keluarnya sinar-X dari tabung sehingga sinar-X
yang terbentuk hanya dapat keluar melalui jendela tabung.
f. Panas
yang tinggi pada target akibat benturan elektron diminimalisasi oleh
radiator pendingin.
2. Jenis-jenis
Sinar-X
a. Sinar-X
Karakteristik
Sinar-X
karakteristik terjadi jika proyektil elektron berinteraksi dengan elektron
lintasan terdalam atom target kemudian terjadi ionisasi, atom elektron bagian
dalam yang terionisasi tergantikan elektron pada lintasan terluarnya sambil
memancarkan sinar-X karakteristik.
Gambar 4.
Pembentukan Sinar-X Karakteristik (Bushong, 2001)
Ketika proyektil
elektron mengionisasi atom target pada lintasan K, sehingga terjadi
ketidaksetabilan atom target yang kemudian untuk mencapai kesetabilan dengan
cara mengisi kakosongan elektron pada kulit K yang terionisasi. Transisi dari
lintasan elektron terluar ke lintasan terdalam ini sambil mengemisikan sinar-X
karakteristik (Bushong, 2001).
b. Sinar-X Bremsstrahlung
sinar-X bremsstrahlung ditimbulkan
setelah berkas elektron melintasi medan ini atom dan dipengaruhi oleh gaya
tarik coulom sehingga mengalami perlambatan, pada peristiwa perlambatan
tersebut disertai dengan pembentukan spektrum radiasi sinar-X yang bersifat
kontinyu (Bushong, 2001)
Gambar 5.
Pembentukan Sinar-X Bremsstrahlung (Bushong, 2001)
3. Interaksi Sinar-X
dengan Bahan
Sinar-X merupakan
radiasi elektromagnet yang membawa energi dalam bentuk paket-paket yang disebut
foton. Sinar-X memiliki panjang gelombang yang sangat pendek, sekitar 10-8-10-9 meter.
Semakin tinggi energinya maka semakin pendek panjang gelombangnya. Sinar-X
dengan energi rendah cenderung berinteraksi dengan elektron dan energi tinggi
cenderung berinteraksi dengan inti atom.
Dalam imaging
diagnostik ada tiga mekanisme interaksi sinar-X yaitu: efek Compton, efek
fotolistrik, dan produksi pasangan.
a. Efek
Compton
Sinar-X yang
berinteraksi dengan bahan, mengenai elekron pada kulit terluar tidak hanya
menghasilkan hamburan sinar-X tetapi juga terjadi pengurangan energi dan
ionisasi atom target. Interaksi ini disebut efek Compton atau hamburan Compton.
Sinar-X yang
mengenai elektron pada kulit terluar akan mengeluarkan elektron tersebut dan
mengionisasi atom target. Elektron yang dipancarkan itu disebut elektron
Compton atau uelektron skunder. Sinar-X terus berjalan setelah mengenai
elektron namun dengan arah yang berbeda dan energinya lebih rendah daripada
energi sinar-X datang.
Energi sinar-X
datang sebanding dengan energi hamburan compton dan energi dari elektron yang
terlepas. Energi elektron yang terlepas sebanding dengan energi ikat dan energi
kinetik elektron saat meninggalkan kulitnya. Secara matematika dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Ei = Es +
(Eb + Eke)
Dimana:
Ei : energi
sinar-X datang
Es : energi
hamburan sinar-X
Eb : energi
ikat elektron
Eke : energi
kinetik dari elektron
Hamburan Compton
dapat mengurangi kontras dalam hasil radiografi. Apabila suatu hasil radiografi
terkena hamburan compton maka akan banyak terjadi fog, densitasnya sama
sehingga akan mengurangi nilai kontras (Bushong, 2001).
Gambar 6.
Efek Compton (Bushong, 2001)
b. Efek
Foto Listrik
Efek foto listrik
terjadi apabila sinar-X yang mengenai elektron pada kulit terdalam terjadi
ionisasi dan juga terjadi absorsi. Sinar-X tersebut tidak terjadi hamburan
sinar-X karena semua energinya telah diserap.
Energi yang
terlepas dari kulit atom disebut foto elektron, dimana mempunyai energi kinetik
yang besarnya adalah selisih dari energi ikat elektron dan energi awal dari
sinar-X. Secara matematika dapat dirumuskan sebagai berikut:
Ei = Eb +
Eke
Dimana:
Ei : energi awal
sinar-X
Eb : energi ikat
elektron
Eke : energi
kinetik dari elektron (Bushong, 2001)
Gambar 7. Efek
Foto Listrik (Bushong, 2001)
c. Produksi
Pasangan
Proses ini hanya
dapat terjadi pada medan listrik disekitar partikel bermuatan, terutama dalam
medan sekitar inti. Interaksi antara sinar-X dan medan listrik inti atom
menyebabkan sinar-X menghilang dan menyebabkan dua elektron tampak. Elektron
satu merupakan elektron positif dan elektron yang satu merupakan elektron
negatif. Proses ini disebut produksi pasangan.
Produksi pasangan
ini terjadi apabila energinya lebih dari 1,02 MeV maka produksi pasangan ini
tidak penting dalam pencitraan diagnostik, tetapi digunakan dalam pencitraan
radioisotop dalam kedokteran nuklir (Bushong, 2001).
Gambar 8.
Produksi Pasangan (Bushong, 2001)
4. Sifat-sifat
Sinar-X
Sinar-X mempunyai
beberapa sifat fisik, yaitu:
a. Merambat
menurut garis lurus.
b. Tidak
terpengaruh medan listrik maupun medan magnet.
c. Dapat
menyebabkan bahan-bahan tertentu berpendar ketika ditumbuk sinar-X.
d. Sinar-X
memiliki daya tembus besar
e. Bukan
cahaya tampak.
f. Membuat
foto film menjadi hitam
g. Ionisasi,
merupakan perubahan elektron-elektron dalam bahan akibat radiasi dari sinar-X.
h. Efek
biologi, yaitu sianr-X dapat membuat efek biologi pada tubuh. Tetapi apabila
sinar-X t tersebut dapat dikontrol dengan baik efek tersebut akan dapat kita
kurangi (Meredith, 1977).
C.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Intensitas Sinar-X
1.
Arus
Tabung Sinar-X
Arus tabung sinar-X dinyatakan dalam
satuan mA. Pemilihan mA pada pembuatan radiograf perlu memperhatikan tegangan
tabung sinar-X dan lamanya penyinaran. Jika tegangan tabung sinar-X dan lamanya
penyinaran tetap maka penambahan mA akan berpengaruh pada banyaknya elektron
yang mengalir pada tabung sinar-X, sehingga semakin banyak sinar-X yang
diproduksi jika waktu eksposi tetap. Hubungan ini berbanding lurus dengan
penambahan arus tabung. Ini berarti dengan penambahan mA dengan waktu eksposi
tetap akan berpengaruh terhadap
penambahan kuantitas dan dosis radiasi yang diterima pasien (Bushong, 2001).
Perubahan mA atau lamanya waktu penyinaran
akan mempengaruhi intensitas pada tiap tingkat energi dengan nilai berbanding
lurus dengan perubahanya. Namun pada hakikatnya perubahan ini tidak berpengaruh
terhadap besarnya energi yang dipancarkan (Carroll, 1985)
Intensitas sinar-X ditentukan oleh jumlah
elektron per satuan waktu dari katoda ke anoda yang mencapai target dan
dinamakan arus tabung. Dengan meningkatkan arus tabung akan meningkatkan jumlah
elektron yang bertumbukkan ke anoda, sehingga sinar-X yang dihasilkan semakin
banyak (Meredith, 1977). Intensitas sinar-X sebanding dengan arus tabung
sinar-X (mA) dan lamanya waktu penyinaran (s) yang digunakan. Jika mAs
dinaikkan dua kali maka elektron-elektron yang bertumbukkan pada target naik
dua kalinya dan sinar-X yang dipancarkan menjadi dua kalinya.
Hal ini dirumuskan sebagai berikut:
I1 dan I2 adalah intensitas
sinar-X pada mAs1 dan mAs2 (Bushong, 2001).
mAs hanya mempengaruhi kuantitas radiasi. Ketika
mAs ditingkatkan, kuantitas radiasi juga meningkat
atau sebanding (Bushong, 2001).
mAs juga berpengaruh terhadap densitas radiograf
dan oleh karena itu juga
mempengaruhi kontras (Carlton, 2001). Menurut Bushong (2001), mA berpengaruh terhadap densitas
radiografi. Kenaikkan mA
sebanding dengan kenaikan densitas radiografi. Sedangkan Meredith (1977),
menyatakan teori bahwa mA mempengaruhi jumlah sinar-X yang menuju film. Jika
semakin mA maka semakin besar jumlah sinar-X yang menuju film, dengan demikian
densitas film semakin besar.
2.
Tegangan Tabung Sinar-X
kVp berpengaruh terhadap kontras film tetapi tidak
terlalu besar. Faktor pengontrol atau pengendali utama dari radiograf adalah
kVp. Jika kVp dinaikan maka kualitas dan kuantitas sinar-X akan bertambah.
Banyak sinar-X yang di tranmisikan atau dipancarkan sampai tubuh pasien
sehingga sinar-X primer banyak yang sampai ke film. Sinar-X akan berinteraksi
dengan tubuh pasien sehingga jumlah interaksi Compton akan bertambah
dengan bertambahnya kVp, yang menghasilkan perbedaan daya serap yang kecil dan
akan mengurangi kontras subyek. Dengan penambahan nilai kVp radiasi hambur yang
sampai ke film akan bertambah. Penambahan nilai kVp akan menurunkan kontras,
dan ketika kontras radiograf rendah maka latitude menjadi tinggi dan
terdapat faktor kesalahan yang besar (Bushong, 2001)
Perubahan tegangan tabung yang digunakan akan
berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas sinar-X. Dengan bertambahnya kV, maka energi elektron akan
bertambah sehingga kemampuan menembus bahan juga bertambah. Perubahan kV
menyebabkan lebih banyak interaksi yang terjadi pada target sehingga kuantitas
dari sinar-X juga bertambah (Carlton, 2001).
Intensitas sinar-X yang dihasilkan berbanding
lurus dengan kuadrat tegangan tabung yang digunakan.
Dengan:
I1 : intensitas
sinar-X sebelum tegangan tabung dinaikkan.
I2
: intensitas sinar-X sesudah
tegangan tabung dinaikkan.
kVp1
: tegangan
tabung (kV) sebelum dinaikkan.
kVp2
: tegangan
tabung (kV) sesudah dinaikkan (Bushong, 2001).
3.
Jarak
Intensitas sinar-X yang dihasilkan oleh tabung sinar-X berbanding terbalik dengan
kuadrat jarak yang digunakan. Hubungan ini berlaku hukum kuadrat terbalik
(Bushong, 2001).
Dengan
I1 : intensitas sinar-X
sebelum jarak fokus ke film berubah.
I2
: intensitas sinar-X sesudah
jarak fokus ke film berubah.
FFD1
: jarak
fokus ke film sebelum bertambah (cm).
FFD2
: jarak
fokus ke film sesudah bertambah (cm) (Bushong, 2001).
D. Kualitas Radiograf
Kualitas radiograf adalah kemampuan
sinar-X menembus bahan. Ada dua faktor yang berpengaruh terhadap daya tembus sinar-X,
yaitu kVp dan filtrasi. Perubahan nilai kVp dapat mempengaruhi daya tembus sinar-X,
radiasi hambur, dosis pasien, dan terutama kontras radiograf (Bushong, 2001).
Kualitas radiograf adalah kemampuan
radiograf untuk menampakan objek sesuai aslinya (Curry, 1984), radiograf yang
mempunyai kualitas tinggi akan menampakan detail objek secara jelas. Detail
didefinisikan sebagai struktur terkecil dari suatu objek. Detail yang tinggi
akan didapatkan apabila radiograf mempunyai resolusi yang tinggi. Resolusi
adalah kemampuan radiograf untuk menangkap radiograf untuk menampilkan gambaran
objek-objek yang berdekatan dengan jelas.
Kualitas radiograf sangat ditentukan oleh
tiga hal yaitu, densitas, kontras, dan ketajaman (Carroll, 1985).
Densitas adalah derajat kehitaman didaerah-daerah pada radiograf
(Carroll, 1985), sedang menurut Curry (1984), derajat kehitaman atau densitas
berhubungan dengan intensitas radiasi sinar-X yang mengenai film. Sinar-X yang
mengenai film mengakibatkan perak halida dalam emulsi direduksi pada waktu
pembangkitan perak yang diruduksi mengakibatkan gambar hitam pada radiograf
(Carroll, 1985).
Fungsi dari optical density adalah untuk membuat informasi didalam
gambaran radiograf. Optical density
diproduksi oleh sebuah film, optical density tersebut dapat diukur
menggunakan densitometer (Papp, 2006)
Dalam setiap film mempunyai densitas dasar atau densitas film yaitu
panghitaman pada film yang tidak dipengaruhi oleh radiasi atau cahaya. Nilai
maksimal densitas dasar adalah 0.2, jika nilai dasar melebihi nilai maksimal
akan mengurangi kualitas radiograf (Curry, 1984).
Rentang densitas dapat mendukung informasi
yang disebut dengan rentang densitas guna, rentang densitas guna dalam
diagnostic adalah 0.25 sampai 2.0 (Curry, 1984).
Gambar 9. Step-Wedge Radiograph Representasi Range dari OD (Bushong, 2001)
Optical density (OD) juga disebut radiographic
density dapat diartikan sebagai derajat kehitaman dari radiograf. OD adalah
aktualisasi logaritma dasar dari 10 rasio light incident pada sebuah film
terhadap transmisi cahaya yang melewati film (Bushong, 2001).
Dalam medical radiography, kualitas
gambar radiograf yang kurang baik dapat dikarenakan terlalu gelap atau terlalu
terang. Jika radiograf terlalu gelap dikarenakan mempunyai optical density
(OD) yang tinggi: terlalu besar radiasi sinar-X yang diterima oleh image
reseptor dan film averexposed (Bushong, 2001).
2. Kontras
Kontras radiografi adalah perbedaan
densitas antara daerah-daerah dalam radiograf. Perbedaan densitas akan membuat
kita melihat informasi yang tardapat dalam radiograf (Curry, 1984), sedang
menurut Papp (2006), kontras didefinisikan sebagai perbedaaan diantara densitas
pada sebuah radiograf dan berfungsi untuk melihat detail.
Kontras yang dapat diukur dengan alat
densitometer dan dinyatakan dengan angka-angka. Kontras obyektif terdiri dari
kontras radiasi, kontras film dan kontras radiografi (Chesney, 1985). Sedang
kontras subjek adalah perbedaan kuantitas pada pancaran radiasi bagian tertentu
karena perpedaan absorbsi karakteristik tissue dan bagian dalam. Faktor-faktor
yang mempengerahi kontras subyek antara lain kualitas radiasi, radiographic
part, media kontras, radiasi hambur, fogging, jenis penyakit (Papp,
2006)
3. Ketajaman
Ketajaman adalah kemampuan radiograf menampakan tepi atau batas dari
objek secara tegas. Ketajaman
dapat dilihat dengan jelas pada radiograf yang mempunyai kontras tinggi. Faktor penentu ketajaman adalah ukuran Focal Spot, source-to-image
receptor distance (SID), dan object-to-image receptor distance.
Ketajaman dari detail gambar
juga dipengaruhi oleh tipe intensifying screens dan adanya pergerakan
(Bushong, 2001).