Prosedur Pemeriksaan Radiograf Cranium
Menurut Bontrager (2010), teknik
radiografi cranium adalah teknik penggambaran cranium dengan menggunakan sinar- X untuk memperoleh radiograf guna
membantu menegakkan diagnosa.
a.
Patologi pemeriksaan radiografi cranium
Menurut
Bontrager (2010) patologi pemeriksaan radiografi craniun diantaranya adalah Fraktur, luka tembak, metastase, tumor (neoplasma), adenoma,
osteitis, myeloma. Menurut frank (2012) patologi umum dikepala sehingga
dilakukan pemeriksaan cranium AP dan Lateral diantaranya adalah untuk
menampakkan Fraktur, mestatase, osteomilitis, osteitis, tumor. Menurut Twaddle
cit Prabawani (2011) pemeriksaan radiologi berupa rontgen polos kepala dengan
indikasi bila nyeri kepala. Menurut Price (2006) Nyeri kepala pasca-trauma memerlukan
foto rontgen kepala polos.
b. Persiapan
alat dan bahan, meliputi :
Alat
dan bahan yang harus dipersiapkan adalah Pesawat sinar-X, kaset dan film ukuran
24 x 30 cm, marker R dan L dan plester, apron, ID camera, grid, alat prossesing
film. Penggunaan identitas pada radiograf dengan marker meliputi informasi
tanggal pemeriksaan, nama atau nomor pasien, kanan atau kiri dan instiusi.
c. Persiapan Pasien
Persiapan
pasien sebelum dilakukan pemeriksaan radiografi cranium antara lain melepaskan
benda-benda logam, plastik atau benda lain yang terdapat dikepala. Pengambilan
radiograf dengan pasien berdiri atau tiduran (Bontrager, 2010).
d.
Teknik radiografi cranium (Standar)
1)
Proyeksi Anteroposterior (AP) Axial (Towne method)
Menurut Bontrager (2010), tujuan
dilakukannya proyeksi anterior posterior axial adalah untuk menampakan patologi
fraktur, neoplastic dan osteitis. Teknik
pemeriksaan cranium proyeksi Antero Posterior Axial adalah sebagai berikut :
a)
Posisi pasien:
Atur pasien dalam posisi berdiri atau
tidur di meja pemeriksaan.
b)
Posisi objek:
(1)
Tekan
dagu, hingga Orbitomeatal
Line (OML) tegak
lurus terhadap meja pemeriksaan. Jika pasien tidak kooperatif tekan leher
pasien sehingga Infraorbitomeatal
Line (IOML) tegak
lurus dengan meja pemeriksaan. Tambahkan alat bantu radiolusent dibawah kepala
jika diperlukan
(2)
Luruskan
midsagital plane (MSP) terhadap sinar
pusat sampai garis tengah grid
(3)
Pastikan
kepala tidak ada rotasi
(4)
Pastikan
vertex tengkorak masuk luas lapangan sinar x
c)
Sinar
pusat:
(1)
Sudutkan
300 terhadap OML atau 370 terhadap (IOML), jika dagu pasien tidak memungkinkan untuk ditekan
sehingga OML tegak lurus terhadap kaset bahkan dengan alat bantu yang diletakkan
di kepala, maka IOML dapat di tempatkan tegak lurus terhadap kaset dengan sinar
pusat disedutkan 370 caudad.
Sudut 300 antara OML dan kaset
untuk menampakkan gambaran anatomi yang sama.
(2)
Titik
bidik pada MSP 6,5 cm diatas glabella sampai melewati foramen magnum
(3)
Minimum
Source image receptor distance (SID)
100 cm
d)
Kolimasi
kolimasi hingga bagian luar tengkorak
e)
Pernafasan
Pasien menahan
nafas selama eksposi berlangsung
f) Kreteria
radiograf : tampak tulang oksipital,
petrosum piramid dan foramen magnum dengan dorsum sellae dan posterior clinoid
di bayangan foramen magnum (gambar 2.6).
Gambar 2.5 Proyeksi AP Axial / Towne method
(Bontrager,2010)
Gambar 2.6 Radiograf Cranium
Proyeksi AP Axial (Bontrager,2010)
Gambar 2.6 Radiograf Cranium
Proyeksi AP Axial (Bontrager,2010)
2)
Proyeksi
Lateral
Menurut Bontrager (2010), tujuan
dilakukannya proyeksi lateral adalah untuk menampakkan patologi fraktur, neoplasma
dan osteitis, trauma rutine untuk menampakan tengkorak kanan dan kiri, untuk
mengambarkan udara pada sinus spenoid. Teknik pemeriksaan cranium proyeksi
lateral adalah sebagai berikut :
a)
Posisi pasein:
Atur
pasien dalam keadaan erect, recumbent semiprone
b)
Posisi objek:
(1)
Luruskan MSP sejajar dengan meja pemeriksaan
(2)
Luruskan Interpupillary
Line (IPL) tegak lurus dengan
meja pemeriksaan
(3)
Fleksikkan leher hingga IOML tegak lurus terhadap tepi depan meja
pemeriksaan
c)
Sinar pusat
(1)
Arahkan sinar pusat tegak lurus kaset
(2)
Titik bidik 5 cm superior EAM
(3)
Minimum SID 100 cm
d)
Kolimasi
Kolimasi
hingga bagian luar tengkorak
e)
Pernafasan
Pasien tahan
nafas selama ekposi berlangsung
f)
Kreteria radiograf : Tampak cranium secara lateral, bagian dalam
sella tursica termasuk anterior dan posterior clinoid dan tampak dorsum sella
(gambar 2.8).
Gambar 2.7 Proyeksi Lateral (Bontrager,2010)
Gambar 2.8 Radiograf Proyeksi Latera (Bontrager,
2010)
3)
Proyeki
AP
Menurut Frank (2012), ketika pasien tidak dapat diposisikan PA dan
AP axial proyeksi yang dapt mengambarkan kreteria yang serupa adalah proyeksi
AP. Tujuan dilakukannya proyeksi AP adalah untuk menampakkan patologi fraktur,
neoplasma dan osteitis. teknik
pemeriksaan cranium proyeksi AP adalah sebagai berikut :
a)
Posisi
pasien
Atur pasien dalam posisi supine
b)
Posisi
objek:
(1) Posisi pasien supine dengan MSP tubuh pada pertengahan
kaset diatas meja pemeriksaan
(2)
Memastikan MSP kepala dan OML tegak lurus kaset
c)
Sinar
pusat:
(1)
Pusat
sinar tegak lurus kaset/pada glabela
(2)
Minimum
SID 100 cm
d)
Kolimasi
Kolimasi hingga bagian luar tengkorak
e)
Pernafasan
Pasien tahan nafas selama ekposi
berlangsung
f)
Kreteria
radiograf: kreteria radiograf proyeksi AP sama dengan proyeksi PA. Tampak
tulang frontal , crita galli, internal auditory canal, frontal dan anterior
sinus etmoid, petrous ridge, greter dan sayap spenoid dan dorsum sella (gambar
2.10).
Gambar 2.9 Proyeksi AP (Frank, 2012)
Gambar 2.10 Radiograf Proyeksi AP
(Frank, 2012)
4)
Proyeksi
posteroanterior (PA) Axial
Menurut Bontrager (2010), tujuan
dilakukannya proyeksi PA adalah untuk menampakkan patologi fraktur, neoplasma
dan osteitis. Teknik pemeriksaan cranium proyeksi PA Axial adalah sebagai
berikut :
a)
Posisi
pasien:
Aatur
pasien dalam
posisi berdiri atau prone
b)
Posisi
objek:
(1) Letakkan
hidung dan dahi pasien di atas meja pemeriksaan
(2)
Fleksikan
leher hingga OML tegak lurus kaset
(3)
MSP tubuh diatur tepat dipertengahan meja pemeriksaan
c)
Sinar
pusat:
(1)
Arahkan
sinar 15ยบ caudad
(2)
Pilihan
lain arah sinar pusat 250 terhadap kaset sampai 300 dan titik bidik
keluar dari nasion.Pilihan lainnya penyudutan 250 sampai 300 caudad
akan lebih baik menampakkan superior orbital fisura, foramen magnum dan
inferior orbital rim.
(3)
Minimum
SID 100 cm
d)
Kolimasi
Kolimasi
hingga bagian luar tengkorak
e)
Pernafasan
Pasien tahan nafas selama ekposi
berlangsung
f)
Kreteria
radiograf : Tampak tulang Frontal, Besar dan kecil sayap spenoid, tampak superior orbital,
anterior sinus etmoid jaraksuperior orbital (Gambar 2.12).
Gambar 2.11 Proyeksi PA Axial (Bontrager,2010)
Gambar 2.12 Radiograf Proyeksi PA Axial 150 caudad
(Bontrager,2010)
5) Proyeksi PA
Menurut Bontrager (2010), tujuan
dilakukannya proyeksi PA adalah untuk menampakkan patologi fraktur, neoplasma
dan osteitis. Teknik pemeriksaan cranium proyeksi PA adalah sebagai berikut :
a)
Posisi
pasien
Atur pasien dalam posisi berdiri atau prone
b)
Posisi
objek:
(1) Letakkan
hidung pasien dan dahi pada meja pemeriksaan
(2)
Fleksikan
leher sehingga OML tegak lurus terhadap kaset
(3)
MSP tubuh diatur tepat dipertengahan kaset
c)
Sinar
pusat:
(1)
Pusat
sinar tegak lurus kaset/sejajar OML keluar pada glabela
(2)
Minimum
SID 100 cm
d)
Kolimasi
Kolimasi hingga bagian luar tengkorak
e)
Pernafasan
Pasien tahan nafas selama ekposi
berlangsung
f)
Kreteria
radiograf: Tampak tulang frontal , crita galli, internal auditory canal,
frontal dan anterior sinus etmoid, petrous ridge, greter dan sayap spenoid dan
dorsum sella (gambar 2.14)
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda