Heel Effect
1. Definisi Heel Effect
Heel effect adalah reduksi intensitas
sinar-X terhadap permukaan anoda dari lapangan sinar-X (Bushberg, 2001),
Sedangkan menurut Bushong (2001), heel effect adalah konsekuensi akibat
prinsip garis fokus bahwa intensitas radiasi sinar-X pada sisi katoda akan
lebih besar dibandingkan pada sisi anoda. Intensitas sinar-X yang di emisikan
melewati kemiringan “heel” target direduksi karena lebih panjang
melewati garis edar target oleh karena itu sebagian emisi sinar-X diserap oleh
bahan target.
Gambar 1. Anoda Heel Effect (Bushberg,
2001)
Adapun definisi heel effect menurut
Carroll (1985), intensitas sinar-X yang menuju kearah anoda lebih sedikit
dibandingkan dengan intensitas sinar-X yang menuju kearah katoda karena foton
yang mempunyai arah sinar mendekati atau tegak lurus dengan permukaan anoda
akan mengalami perlemahan yang lebih sedikit, sedangkan yang mendekati atau
sejajar dengan kemiringan permukaan anoda akan mengalami perlemahan yang lebih
besar atau terserap oleh atom bahan target seluruhnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pengertian heel effect adalah penyebaran intensitas sinar-X yang tidak
merata dikarenakan penyerapan sebagian sinar-X oleh permukaan anoda sehingga
intensitas sinar-X yang lebih dekat sisi anoda akan mengalami perlemahan.
2. Proses Terjadinya Heel Effect
Heel effect dikarenakan oleh faktor
geometri dari sudut anoda target, intensitas radiasi lebih besar pada sisi katoda
dibandingkan sisi anoda. Elektron-elektron
membom target, sinar-X diproduksi dan sebagian besar di emisikan pada sudut
antara 45 hingga 90 derajat dari perjalanan elektron. Elektron-elektron
tersebut diabsorbsi oleh bahan target itu sendiri atau oleh tube housing.
Foton diemisikan oleh permukaan target ke segala arah. Intensitas
radiasi yang diemisikan akan bertukar-tukar antara foton ke arah sisi katoda
dan ke arah sisi anoda. Foton yang diemisikan kearah sisi anoda diserap oleh material target itu sendiri
dibandingkan yang diemisikan pada pemukaan arah sisi katoda.
Gambar 2. Pembentukan Foton pada Target (Carlton,
2001)
Keterangan:
1. Foton
2.
Arah gelombang foton
Foton A keluar pada sisi anoda, sedangkan foton B keluar pada sisi katoda. Jarak
yang harus ditempuh foton A menembus lebih besar dibandingkan dengan foton B. Foton
yang paling banyak mengalami penyerapan adalah foton C. Foton D keluar dan diabsorbsi oleh housing.
Foton E keluar menuju sisi
anoda tetapi diserap oleh material anoda itu sendiri. Foton F keluar kesisi katoda karena
malalui penyerapan yang pendek.
Total variasi kira-kira 45 persen paralel
dari anoda ke katoda. Variasi 45 persen ini cukup signifikan karena terlihat
berbeda pada saat menggunakan film berukuran besar pada jarak yang dekat
(Chalton, 2001)
Gambar 3. Kurva Distribusi
Intensitas Sinar-X (Meredith,
1977).
Keterangan:
Titik a :
intensitas pada sisi anoda
Titik b :
intensitas pada pusat sinar
Titik c :
intensitas pada sisi katoda
Sumbu x : u-v :
variasi intensitas
Sumbu y : intensitas
sinar-X
d :
tabung sinar-X
Gambar di atas menunjukkan suatu contoh
bagaimana sinar-X bervariasi sepanjang garis u-v. Kurva yang terbentuk adalah
yang tidak simetris antara sisi kanan dan sisi kiri dari sumbu sinar.
a. Titik a dan c terjauhkan dari sumbu sinar
atau sumbu b. sebagaimana diketahui bahwa penyebaran intensitas dalam hukum kuadrat terbalik yaitu menghasilkan intensitas yang diturunkan bertahap
pada titik yang semakin jauh dari titik pusat sinar. Intensitas titik a dan c
lebih kecil dibandingkan titik b.
b. Radiasi dari titik a dan c berjalan secara
miring melalui berbagai penyerapan seperti dinding tabung sinar-X. Radiasi di
titik a dan c karena berjalan miring maka jarak yang harus ditempuh pada bahan
di atas semakin panjang dibandingkan radiasi di titik b yang berjalan tegak
lurus terhadap permukaan bahan di atas.
c. Kemiringan anoda menyebabkan intensitas di
sisi katoda lebih besar. Pada gambar ditunjukkan bahwa intensitas di titik c
lebih besar dari pada titik a.
d. Sinar-X yang dipancarkan ke arah tititk
antara a dan b banyak diserap bahan anoda jika dibandingkan dengan sinar-X yang
dipancarkan ke arah titik b dan c. Jumlah intensitas di titik a lebih berkurang
dibandingkan di titik b dan c
3. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Heel Effect
a. Ukuran Focal Spot.
Pemilihan satu atau Focal Spot yang lain umumnya dibuat
dengan mA station selector pada operating console. focal spot kecil
digunakan pada kondisi mA kira-kira 300 mA ke bawah, sedangkan Focal Spot
besar digunakan pada kondisi mA kira-kira 400 mA ke atas (Bushong, 2001).
Semakin luas ukuran focal
Spot menyebabkan heel effect semakin besar,
karena perbedaan ketebalan dari permukaan material anoda dimana sinar-X hilang lebih besar pada titik yang satu terhadap
titik lainya (Carroll, 1987).
b. Sudut Target
Sudut target adalah sudut yang dibentuk oleh
permukaan target dengan garis vertikal, sudut yang biasa digunakan dalam tabung
sinar-X adalah antara 7-20 derajat. Rata-rata dalam diagnostik adalah 17
derajat dari garis vertikal. Kemiringan target berpengaruh terhadap heel
effect, semakin curam kemiringan target menyebabkan heel effect
semakin besar (Carroll, 1985).
a b
Gambar 4. Pengaruh
Kemiringan Target Terhadap Heel Effect (Carroll, 1985).
Gambar a dan gambar b
mempunyai sudut kemiringan target yang berbeda, sudut kemiringan target gambar
a lebih besar dibandingkan sudut kemiringan target b.
Pada gambar a mempunyai lintasan oz sedangkan gambar b mempunyai
lintasan o’z’. lintasan oz lebih pendek dibandingkan lintasan o’z’ yang berarti
foton pada c’ akan lebih banyak mengalami penyerapan oleh bahan target dibandingkan titik c. Heel
effect pada gambar a lebih kecil dibandingkan heel effect pada
gambar b, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa semakin besar sudut
kemiringan target maka semakin kecil heel effect yang timbul.
c. Keausan Permukaan Target
Ditandai dengan berlubangnya permukaan target, terjadi karena umur target dan beban terlalu besar.
Hubungan keausan target dengan heel effect adalah seperti pada gambar
berikut:
a b
Gambar 5. Pengaruh Kemiringan
Target Terhadap Heel Effect (Meredith,
1977).
Gambar tersebut menunjukan interaksi antara elektron
dengan bahan target di kedalaman tertentu tetapi pada gambar b mempunyai titik
interaksi lebih dalam dibandingkan gambar a karena adanya lubang pada permukaan
anoda gambar b.
Pada gambar a lintasan oz lebih pendek dibandingkan lintasan o’z’
pada gambar b yang berarti foton pada c’ akan lebih banyak mengalami penyerapan
oleh bahan target dibandingkan titik c. Heel effect pada gambar a lebih
kecil dibandingkan heel effect pada gambar b, oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa semakin besar keausan target maka semakin besar heel
effect yang timbul.
Distribusi sinar-X yang baik adalah saat tabung
masih baru dan bahan target belum aus. Distribusi yang tidak merata akan semakin besar seiring dengan penggunaan tabung,
bila pada target terjadi pengkasaran permukaan karena aus. Anoda yang telah aus
menyebabkan distribusi sinar-X yang tidak baik karena adanya atenuasi yang tidak sesuai dengan
yang diinginkan (Meredith, 1977).
d. Variasi FFD dan Luas Lapangan Penyinaran.
Semakin ditampakkan ketika menggunakan FFD yang
relatif kecil, menggunakan film besar dan bagian tubuh yang memiliki ketebalan
seragam atau soft tissue (Carroll, 1987).
Sinar-X dipancarkan divergen, jumlah intensitas
sinar-X yang dipancarkan dengan kemiringan tertentu diperoleh dengan kemiringan
tertentu diperoleh dengan menggunakan pengukuran densitas film, sedangkan
pengukuran intensitas adalah seperti digambarkan pada diagram berikut:
Pada variasi FFD dan kemiringan sinar-X diagram
diatas menunjukan arah sinar-X dari target anoda diam dengan sudut 20 derajat. Garis horisontal
merupakan panjang film dan garis vertikal menyatakan jarak fokus ke film (FFD).
Intensitas pada masing-masing variasi emisi kemiringan sinar-X dinyatakan dalam
prosentase. Titik sumbu sinar dianggap mempunyai intensitas 100% dan kearah
sisi anoda sinar-X intensitasnya turun, sedangkan kearah katoda intensitasnya
naik kemudian turun, hal ini sesuai dengan gambar dari distribusi sinar-X yang
tidak merata sepanjang garis longitudinal tabung (Carroll, 1987).
4. Pengukuran Heel Effect
Pengukuran adalah
kegiatan pengumpulan data, pengumpulan data ini harus diolah dulu supaya dapat
tampil secara terintegrasi dan ilmiah. Tampilan hasil pengolahan inilah yang
kemudian perlu diinterpretasikan melalui suatu analisa. Pengukuran dibagi
menjadi dua yaitu pengukuran secara langsung dan pengukuran secara tidak
langsung.
a.
Pengukuran Heel Effect Secara Langsung.
Pengukuran langsung adalah pengukuran yang dilakukan dengan cara
membandingkan langsung sesuatu yang akan diukur dengan sebuah standar yang
dipakai sebagai alat ukurnya. Misalnya seseorang mengukur panjang seutas tali, ia akan membandingkan
panjang tali itu dengan mistar yang dimilikinya (Sugata, 1992), samahalnya yang di kemukakan Mutiara
(2004), pengukuran langsung adalah pengukuran
yang dilakukan untuk mendapatkan nilai hasil pengukuran secara langsung.
Pengukuran heel
effect secara langsung bisa dilakukan menggunakan ionization chamber dan TLD (Thermoluminescent dosemeters). pengukuran
menggunakan TLD, mengukur dengan cara menyerab radiasi (Fung, 2000)
Pengukuran radiasi sebaiknya dibuat dengan
ionization chamber dibawah sinar
secara langsung. Jika pengukuran tidak dapat dibuat dengan cara ini, biasanya
dibuat dengan masing-masing pengukuran dengan ionization chamber diposisikan pada sisi yang sama misalnya pada
sisi khatoda dan sisi yang lain juga menggunakan ionization chamber yang sama dan jarak yang sama dari central
ray (Grey, 1983).
b.
Pengukuran Heel
Effect Secara Tidak Langsung.
Pengukuran tidak langsung adalah pengukuran yang
dilakukan apabila nilai hasil ukuran tidak mungkin didapatkan langsung. Nilai
hasil ukuran yang dicari didapatkan berdasarkan hubungan fungsional tertentu
dari beberapa hasil pengukuran langsung. Contohnya adalah mengukur tinggi
berdasarkan hasil pengukuran sudut dan jarak (Mutiara, 2004).
Pengukuran heel effect secara tidak langsung dapat dilakukan
menggunakan film radiograf dengan cara diekspos dan kemudian diukur densitasnya
menggunakan densitometer. Menurut Carroll (1987), pengukuran heel effect dapat dilakukan dengan
menggunakan film radiograf dengan cara diekspos. Satu sisi film berada pada
sisi anoda dan sisi lainya berada pada sisi katoda.
Kerika pengukuran dilakukan menggunakan film,
maka film harus diletakan tegak lurus terhadap sumbu anoda-katoda. Step wedge sebaiknya diletakkan
sepanjang sumbu anoda-katoda karena perubahan intensitas yang terlalu kecil
dapat terorientasikan (Grey, 1983).
2 Komentar:
tolong share sumbernya darimana juga dong hehe ^^
sumber nya dong kak
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda