Selasa, 05 November 2013

Prosedur Pemeriksaan Radiografi Sinus Paranasal

Menurut Bontrager (2010) teknik radiografi sinus paranasal adalah teknik penggambaran sinus dengan menggunakan  sinar–x untuk memperoleh radiograf guna membantu menegakkan diagnosa.
a.      Patologi pemeriksaan radiografi sinus paranasal
Patologi yang sering terjadi sehingga dilakukkannya pemeriksaan radiograf sinus paranasal adalah Ssinusitis, osteomalitis dan sinus polip 
b.      Persiapan alat dan bahan, meliputi :
Alat dan bahan yang harus dipersiapkan adalah pesawat sinar-X, kaset dan film ukuran 18 x 24 cm, marker R dan L dan plester, apron, ID camera, grid dan alat prossesing film. Penggunaan identitas pada radiograf dengan marker meliputi informasi tanggal pemeriksaan, nama atau nomor pasien, kanan atau kiri dan instiusi.
c.      Persiapan Pasien
Persiapan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan radiografi sinus paranasal antara lain melepaskan benda-benda logam,plastik atau benda lain yang terdapat dikepala. Pengambilan radiograf dengan pasien berdiri atau tiduran.
d.      Teknik Radiografi sinus paranasal (Standar)
1)  Proyeksi lateral
Menurut Bontrager (2010), tujuan dilakukannya proyeksi lateral adalah untuk menampakkan patologi sinusitis, osteomilitis dan polip. Teknik pemeriksaan proyeksi lateral:
a)     Posisi pasien
Atur pasien posisi berdiri
b)     Posisi objek:
(1) Letakkan lateral kepala yang sakit dekat dengan kaset
(2) Atur kepala hingga benar-benar pada posisi lateral (MSP sejajar kaset)
(3) IPL tegak lurus kaset
(4) Atur dagu hingga IOML tegak lurus terhadap samping depan kaset 
c)     Sinar pusat:
(1) Arah sinar tegak lurus horizontal terhadap kaset
(2) Titik bidik tegak lurus terhadap kaset diantara outer canthus dan EAM
(3) Minumin SID 100 cm
d)     Kolimasi   
Pada semua rongga sinus
e)     Pernafasan :
Pasien tahan nafas selama ekposi berlangsung

f)      Kriteria radiograf : Tampak sinus maksillaris,sinus spenoid, sinus frontal dan sinus ethimoid tampak secara lateral (gambar 2.16).  
Gambar 2.15 Proyeksi Lateral (Bontrager,2010)

Gambar 2.16 Radiograf Proyeksi Lateral (Bontrager,2010)

2)  Proyeksi PA (Cadwell method)
Menurut Bontrager (2010), tujuan dilakukannya proyeksi PA (Cadwell method) adalah untuk menampakkan patologi adalah sinusitis, osteomilitis dan polip. Teknik pemeriksaan proyeksi lateral:
a)     Posisi pasien
  Atur pasien dalam keadaan erect
b)     Posisi objek:
(1) Letakkan hidung dan dahi pasien menempel pada kaset, atau ekstensikan kepala hingga OML membentuk sudut 150 dari kaset
(2) MSP tegak lurus kaset
c)     Sinar pusat:
(1) Atur arah sinar horizontal, sejajar dengan kaset
(2) Titik bidik keluar nasion
(3) Minimum SID 100 cm
d)     Kolimasi   
  Pada semua rongga sinus
e)     Pernafasan
  Pasien tahan nafas selama pemeriksaan berlangsung
f)      Kriteria radiograf : Tampak sinus frontal diatas sutura frontonasal, cairan anterior etmoid tergambarkan secara lateral terhadap tulang nasal langsung dibawah sinus frontal. (gambar 2.18)

Gambar 2.17 Proyeksi PA (Caldwell Method) sinar pusat horizontal, OML 150 terhadap kaset, jika tidak dapat tegak lurus buky dapat dimiringkan 150..(Bontrager,2010)
Gambar 2.18 Radiograf Proyeksi PA / Caldwell Method (Bontrager,2010)

3)  Proyeksi parietoacanthial (waters methode close mouth)
      Menurut Bontrager (2010), tujuan dilakukannya proyeksi parietoacanthial (waters methode close mouth) adalah untuk menampakkan patologi sinusitis, osteomilitis dan polip. Teknik pemeriksaan proyeksi parietoacanthial (waters method close mouth):
a)     Posisi pasien
Atur pasien dalam posisi erect
b)     Posisi objek:
(1) Ekstensikan leher, letakkan dagu dan hidung pada permukaan kaset.
(2) Atur kepala hingga MML (mento meatal line) tegak lurus kaset, sehingga OML akan membentuk sudut 370 dari kaset.
(3) MSP tegak lurus terhadap grid
c)     Sinar pusat:
(1) Atur arah sinar horizontal tegak lurus pertengahan kaset keluar dari acanthion
(2) Minimum SID 100 cm
d)     Kolimasi   
Pada semua rongga sinus
e)     Pernafasan
Pasien tahan nafas selama eskpos berlangsung
     Kriteria radiograf : Sinus maksillaris tampak tidak super posisi dengan prosesus alveolar dan petrous ridges.Inferior orbital rim tampak Sinus frontal tampak oblique (gambar 2.20) 

Gambar 2.19 Proyeksi parietoacanthial / waters method close mouth (Bontrager,2010)
Gambar 2.20 Radiograf Proyeksi parietoacanthial / waters method close mouth Bontrager (2010)

e.      Teknik Radiografi sinus paranasal (Khusus)
1)     Proyeksi parietoacanthial (waters method open mouth)
 Menurut Bontrager (2010), tujuan dilakukannya proyeksi  parietoacanthial (waters method open mouth)  untuk menampakkan patologi sinusitis, osteomilitis dan polip. Teknik pemeriksaan proyeksi parietoacanthial (waters method open mouth):
a)     Posisi Pasien
Atur pasien dalam posisi erect dan membuka mulut                    
b)     Posisi Objek :
(1) Ekstensikan leher, istirahatkan dagu di meja pemeriksaan
(2) Atur kepala sehingga OML membentuk sudut 370 terhadap kaset (MML akan tegak lurus dengan mulut yang terbuka)
(3) MSP tegak lurus terhadap grid
c)     Sinar pusat :
(1) Arah sinar tegak lurus horizontal terhadap kaset
(2) Titik bidik pada pertengahan kaset keluar menuju acanthion
(3) Minimum SID 100 cm
d)     Kolimasi     
Pada semua rongga sinus
e)     Pernafasan
Pasien tahan nafas selama pemeriksaan berlangsung
f)   Kriteria radiograf : Sinus maksillaris tampak tidak super posisi dengan prosesus alveolar dan petrous ridges, Inferior orbital rim tampak, Sinus frontal tampak oblique dan tampak sinus spenoid dengan membuka mulut (gambar 2.22).
Gambar 2.21 Proyeksi parietoacanthial / waters method open mouth (Bontrager,2010)

Gambar 2.22 Radiograf Proyeksi parietoacanthial / waters method open mouth (Bontrager,2010)

2)     Proyeksi Submentovertex (SMV)
Menurut Bontrager (2010), tujuan dilakukannya proyeksi  Submentovertex (SMV) adalah untuk menampakkan patologi sinusitis, osteomilitis dan polip. teknik pemeriksaan proyeksi Submentovertex (SMV). 
a)     Posisi Pasien
Atur pasien dalam keadaan erect (berdiri), jika memungkinkan untuk menampakkan batas ketinggian cairan.
b)     Posisi Objek:
(1) MSP tegak lurus kaset
(2) Tengadahkan  Dagu, hyperextensikan leher jika memungkinkan hingga IOML paralel kaset. Puncak kepala menempel pada kaset.
c)     Sinar pusat :
(1)    Arah sinar tegak lurus IOML
(2)    Titik bidik jatuh di pertengahan sudut mandibular
(3)    Minimum SID 100 cm
d)     Kolimasi   
Pada semua rongga sinus
e)     Pernafasan
Pasien tahan nafas selama eksposi berlngsung
f)      Kriteria radiograf : Tampak sinus sphenoid, ethmoid, maksillaris dan fossa nasal (gambar 2.24).
Gambar 2.23 Proyeksi Submentovertex (SMV) (Bontrager,2010)

Gambar 2.24 Radiograf Proyeksi Submentovertex (SMV) (Bontrager,2010)

9 Komentar:

Pada 13 Januari 2014 pukul 14.13 , Blogger Unknown mengatakan...

gannn bolehh nanya ini teorii dspat di buku apa gannnn...mksih sblum ny ats potingannya

 
Pada 22 Januari 2014 pukul 22.57 , Blogger Afterego mengatakan...

Makasih sudah membaca. sumbernya dari buku Bontrager,2010

 
Pada 30 Januari 2015 pukul 06.51 , Anonymous arpian h mengatakan...

Terimakasih postingnya... penjelasannya bagus, simple dan mudah dimengerti

 
Pada 22 Desember 2015 pukul 06.41 , Blogger sholehmuhsin mengatakan...

terima kasih om.
sangat membantu.

kunjungi juga om materi kesehatan ada di:
www.sholehshare.blogspot.co.id

 
Pada 3 Oktober 2017 pukul 14.23 , Blogger Unknown mengatakan...

Kaak.. mau nanya.. ini teknik radiografi nya apa yah? Panoramik atau ct scan atau apa? Makasiiihh

 
Pada 7 Juli 2018 pukul 23.29 , Blogger Unknown mengatakan...

Rontgen

 
Pada 7 Juli 2018 pukul 23.29 , Blogger Unknown mengatakan...

Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

 
Pada 3 Maret 2019 pukul 07.00 , Blogger Unknown mengatakan...

Bang mau nanya watres pososi ap ada ga yak?

 
Pada 8 Maret 2022 pukul 03.43 , Blogger Unknown mengatakan...

IOML artinya apa yaa

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda