Computed Tomography (CT) Scan
Dasar-dasar Computed
Tomography (CT) Scan.
a.
Perkembangan CT Scan
1)
Scanner Generasi Pertama
Prinsip
scanner generasi pertama, menggunakan
pancaran sinar-X model pensil yang diterima oleh satu detektor. Waktu yang
dicapai 4,5 menit untuk memberi informasi yang cukup pada satu slice dari rotasi tabung dan detektor
sebesar 180 derajat. Scanner ini
hanya mampu digunakan untuk pemeriksaan kepala saja (Bontrager, 2010).
2)
Scanner Generasi Kedua
Scanner generasi ini mengalami perkembangan besar
dan memberikan pancaran sinar-X model kipas dengan menaikkan jumlah detektor
sebanyak lebih dari 30 buah. Dengan waktu scanning
yang sangat pendek, yaitu antara 15 detik per slice atau 10 menit untuk 40 slice
(Bontrager, 2010).
3)
Scanner Generasi Ketiga
Scanner generasi ketiga ini,
dengan kenaikan 960 detektor yang meliputi bagian tepi, berhadapan dengan
tabung sinar-X yang saling rotasi memutari pasien dengan membentuk lingkaran
360ยบ secara sempurna untuk menghasilkan satu slice data jaringan. Waktu scanning
pada scanner generasi ketiga ini berkurang
sangat signifikan jika dibandingkan
dengan scanner generasi pertama dan
kedua (Bontrager, 2010).
4)
Scanner Generasi Keempat
Sekitar tahun 1980 scanner
generasi ini diperkenalkan dengan teknologi fixed-ring
yang mempunyai 4800 detektor atau lebih. Saat pemeriksaan berlangsung, X-ray tube mampu berputar 360 derajat
mengelilingi pasien yang diam (Bontrager, 2010).
b.
Komponen Dasar CT Scan.
CT Scan memiliki tiga komponen utama yaitu : Komputer, gantry dan meja pemeriksaan
(couch), serta operator konsul. Gantry dan couch berada di dalam ruang pemeriksaan sedangkan komputer dan
operator konsul diletakkan terpisah dalam ruang kontrol (Frank, 2012).
1)
Komputer
Komputer menyediakan link
diantara radiografer dengan komponen lain dari sistem imejing. Komputer dalam
CT Scan mempunyai 4 fungsi dasar, yaitu : sebagai kontrol akuisisi data,
rekonstruksi gambar, penyimpanan data gambar, dan menampilkan gambar scanning.
2)
Gantry dan meja pemeriksaan (couch)
Gantry adalah perangkat CT yang melingkar sebagai rumah dari tabung sinar-x, Data Acquisition System (DAS), dan detector array. Unit CT terbaru juga memuat continuous slip ring dan generator bertegangan
tinggi di dalam gantry. Struktur pada gantry mengumpulkan
pengukuran atenuasi yang diperlukan
untuk dikirim ke komputer untuk rekonstruksi citra. Gantry
bisa disudutkan kedepan dan kebelakang hingga 300 untuk menyesuaikan
bagian tubuh.
a)
Tabung sinar-X
Berdasarkan
strukturnya, tabung sinar-X sangat mirip dengan tabung sinar-X konvensional
tetapi perbedaanya terletak pada kemampuannya untuk menahan panas dan output yang tinggi.
b)
Detektor
Detektor
pada CT berfungsi sebagai image receptors. Detektor menghitung
jumlah radiasi yang menembus tubuh pasien dan dikonversikan kedalam sinyal
elektrik proporsi intensitas radiasi. Ada dua tipe detektor yang digunakan
dalam CT yaitu detector solide state (sintilasi) dan detektor isian gas.
Meja
pemeriksaan merupakan tempat untuk memposisikan pasien, biasanya terhubung
otomatis dengan komputer dan gantry. Meja
ini terbuat dari kayu atau fiber karbon yang dapat digunakan untuk mendukung
pemeriksaan tetapi tidak menimbulkan artefak pada gambar scanning.
Kebanyakan dari meja pemeriksaan dapat diprogram untuk bergerak
keluar dan masuk gantry, tergantung
pada pasien dan protokol pemeriksaan yang digunakan
(Frank, 2012).
(Frank, 2012).
3)
System console
Konsul tersedia dalam berbagai variasi. Model yang lama masih
menggunakan dua sistem konsul yaitu untuk pengoperasian CT Scan sendiri dan untuk perekaman dan pencetakan gambar. Bagian
dari sistem konsul ini yaitu :
a)
Sistem Kontrol
Pada
bagian ini petugas dapat mengontrol parameter-parameter yang berhubungan dengan
beroperasinya CT Scan seperti
pengaturan tegangan tabung (kV), arus
tabung (mA), waktu scanning, ketebalan irisan (slice thickness), dan lain-lain. Juga
dilengkapi dengan keyboard untuk
memasukkan data pasien dan pengontrolan fungsi tertentu pada komputer.
b)
Sistem Pencetakan Gambar
Setelah gambaran CT Scan diperoleh,
gambaran tersebut dipindahkan ke dalam bentuk film. Pemindahan ini dengan
menggunakan kamera multiformat. Cara kerjanya yaitu kamera merekam gambaran di
monitor dan memindahkannya ke dalam film. Tampilan gambar di film dapat
mencapai 2-24 gambar tergantung ukuran filmnya (biasanya 8 x 10 inchi atau 14 x
17 inchi).
c)
Sistem Perekaman Gambar
Merupakan bagian penting yang lain dari CT Scan. Data-data pasien yang telah ada, disimpan dan dapat
dipanggil kembali dengan cepat.
Gambar 2.6 : komponen CT
Scan (Frank, 2012).
Keterangan
:
1.
Komputer dan operator konsul
2.
Gantry
3.
Meja pemeriksaan (Couch)
Komponen lain dalam CT
Scan (Frank, 2012) :
1)
Display Monitor
Berguna
untuk menampilkan data gambar CT scan
pada layar monitor. Untuk citra CT scan
agar bisa ditampilkan pada layar monitor Cathode
Ray Tube (CRT) harus dalam bentuk
yang dapat dikenali komputer, data CT
digital harus dikonversikan menjadi gambar gray-scale.
Data digital gambar CT dapat
dimanipulasi untuk memperkuat tampilan gambar.
2)
Multiplanar
Reconstruction (MPR)
Keuntungan
lain dari gambar digital CT yang asli
adalah kemampuan untuk merekonstruksi gambar axial menjadi coronal, sagital atau oblik tanpa tambahan
radiasi yang diterima pasien. Rekonstruksi citra dalam berbagai bidang didapatkan
dengan menumpuk beberapa gambar axial yang berdekatan membuat data volume. Karena
nomor CT dari data gambar dalam volume sudah diketahui, potongan gambar dapat dihasilkan dalam berbagai bidang yang diinginkan dengan memilih bidang tertentu
pada suatu data.
c.
Parameter CT Scan
Gambar
pada CT Scan dapat terjadi sebagai
hasil dari berkas-berkas sinar-X yang mengalami perlemahan setelah menembus
objek, ditangkap detektor, dan dilakukan pengolahan dalam komputer. Sehubungan
dengan hal tersebut, maka dalam CT Scan
dikenal beberapa parameter untuk pengontrolan eksposi dan output gambar yang optimal.
1)
Slice Thickness
Slice thickness adalah tebalnya irisan
atau potongan dari objek yang diperiksa. Pada umumnya ukuran yang tebal akan
menghasilkan gambaran dengan detail yang rendah, sebaliknya ukuran yang tipis
akan menghasilkan gambaran dengan detail yang tinggi. Jika ketebalan irisan
semakin tinggi, maka gambaran akan cenderung terjadi artefak, dan jika
ketebalan irisan semakin tipis, maka gambaran cenderung akan menjadi noise (Catur, 2011).
Nilai
slice thickness pada teknologi Multi-Slice CT (MSCT) dapat dipilih
antara 0,5 mm-10 mm sesuai dengan keperluan klinis. Setiap generasi MSCT, mempunyai ketebalan slice yang berbeda (CTisus, 2012).
Gambar
2.7 : diagram variasi desain detektor 32 dan 64 slice (www.tech.snmjournals.org)
2)
Range
Range adalah perpaduan atau kombinasi dari
beberapa slice thickness. Sebagai
contoh untuk CT Scan kepala, range yang digunakan adalah dua. Range pertama lebih tipis dari range kedua. Range pertama meliputi irisan dari basis cranii hingga pars petrosum dan range kedua dari pars
petrosum hingga verteks. Pemanfaatan dari range adalah untuk mendapatkan ketebalan irisan yang berbeda pada
satu lapangan pemeriksaan.
3)
Volume Investigasi
Volume investigasi adalah keseluruhan
lapangan dari objek yang diperiksa. Lapangan objek ini diukur dari batas awal
objek hingga batas akhir objek yang akan diiris semakin besar.
4)
Faktor Eksposi
Faktor
eksposi adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap eksposi meliputi
tegangan tabung (kV), arus tabung (mA) dan waktu eksposi (s). Besarnya tegangan tabung dapat
dipilih secara otomatis pada tiap-tiap pemeriksaan. Tetapi terkadang pengaturan tegangan tabung diatur ulang untuk
menyesuaikan ketebalan objek yang akan diperiksa
(Jaengsri, 2004).
(Jaengsri, 2004).
5)
Field of View (FOV)
Field of view (FOV) adalah diameter
maksimal dari gambaran yang akan direkonstruksi. Besarnya bervariasi dan
biasanya berada pada rentang 12-50 cm. FOV
kecil, antara 100 mm sampai dengan 200 mm akan meningkatkan resolusi sehingga
detail gambar dan batas objek akan tampak jelas. FOV kecil akan menyebabkan noise
meningkat. FOV sedang, yaitu 200 mm
diharapkan gambar yang dihasilkan memiliki spasial resolusi yang baik, noise serta artefak sedikit. FOV besar, antara 350 mm sampai dengan
400 mm akan menghasilkan spasial resolusi yang rendah karena pixel menjadi besar akibat dilakukannya
magnifikasi. FOV besar akan
menyebabkan noise berkurang dan
kontras resolusi meningkat serta dapat dihindari munculnya streak artifact (Catur, 2011).
6)
Gantry Tilt
Gantry tilt adalah sudut yang
dibentuk antara bidang vertikal dengan gantry
(tabung sinar-X dengan detektor). Gantry
tilt dapat disudutkan ke depan dan ke belakang sebesar 300. Gantry tilt bertujuan untuk keperluan
diagnosa dari masing-masing kasus yang dihadapi, dan menentukan sudut irisan
dari objek yang akan diperiksa. Di samping itu, bertujuan untuk mereduksi dosis
radiasi terhadap organ-organ yang sensitif seperti mata (Catur, 2011).
7)
Rekonstruksi Matriks
Rekonstruksi
matriks adalah deretan baris dan kolom dari picture
element (pixel) dalam proses
perekonstruksian gambar. Rekonstruksi matriks ini merupakan salah satu struktur
elemen dalam memori komputer yang berfungsi untuk merekonstruksi gambar. Jumlah
ukuran matriks yang dapat digunakan yaitu 80 x 80, 128 x 128, 256 x 256, 512 x
512 dan 1024 x 1024. Rekonstruksi matriks ini berpengaruh terhadap resolusi
gambar yang akan dihasilkan. Semakin tinggi matriks yang dipakai, maka semakin
tinggi resolusi yang akan dihasilkan (Radiologi Indonesia, 2009).
8)
Rekonstruksi Algorithma
Rekonstruksi
algorithma adalah prosedur matematis (algorithma)
yang digunakan dalam merekonstruksi gambar. Ada 3 rekonstruksi dasar algoritma yang digunakan pada CT kepala,
cervikal dan tulang belakang.
a)
Algoritma standar
Standar algoritma
menyediakan resolusi kontras yang baik dan oleh sebab itu algoritma ini menjadi pilihan untuk pemeriksaan brain. Selain itu
juga berguna untuk soft tissue pada kepala, wajah, dan tulang belakang (Seeram, 2001).
b)
Bone algoritma
Bone algoritma
membantu meningkatkan spatial resolusi tetapi menghasilkan resolusi kontras
yang buruk. Akibatnya, jenis algoritma
ini hanya digunakan pada area dengan densitas jaringan yang tinggi seperti
Sinus paranasal atau tulang temporal (Seeram, 2001).
c)
Detail algoritma
Detail algoritma memberikan cukup resolusi
kontras dengan batas tepi yang baik. Oleh karena itu dapat digunakan untuk
memperoleh definisi yang lebih baik antar jaringan, terutama pada leher dan
wajah
(Seeram, 2001).
(Seeram, 2001).
9)
Window Width
Window Width adalah rentang nilai computed tomography yang dikonversi
menjadi gray levels untuk ditampilkan
dalam Television (TV) monitor. Setelah komputer
menyelesaikan pengolahan gambar melalui rekonstruksi matriks dan algorithma,
maka hasilnya akan dikonversi menjadi skala numerik yang dikenal dengan nama
nilai computed tomography. Nilai ini
mempunyai nilai satuan HU (Hounsfield Unit) yang diambil dari nama
penemu CT Scan kepala pertama kali
yaitu Godfrey Hounsfield.
Tabel
2.1 Tabel Nilai CT pada jaringan yang
berbeda penampakannya pada layar monitor (Bontrager, 2010)
Tipe jaringan
|
Nilai CT (HU)
|
Penampakan
|
Tulang
Otot
Materi putih
Materi abu-abu
Darah
CSF
Air
Lemak
Paru
Udara
|
+1000
+50
+45
+40
+20
+15
0
-100
-200
-1000
|
Putih
Abu-abu
Abu-abu menyala
Abu-abu
Abu-abu
Abu-abu
Abu-abu gelap ke
hitam
Abu-abu gelap ke
hitam
Hitam
|
Dasar
dari pemberian nilai ini adalah air dengan nilai 0 HU. Untuk tulang mempunyai
nilai +1000 HU kadang sampai +3000 HU. Sedangkan untuk kondisi udara nilai yang
dimiliki -1000 HU. Diantara rentang tersebut merupakan jaringan atau substansi
lain dengan nilai yang berbeda-beda pula tergantung pada tingkat perlemahannya.
Dengan demikian, penampakan tulang dalam layar monitor menjadi putih dan
penampakan udara hitam. Jaringan dan substansi lain akan dikonversi menjadi
warna abu-abu yang bertingkat yang disebut gray
scale. Khusus untuk darah yang semula dalam penampakannya berwarna abu-abu
dapat menjadi putih jika diberi media kontras iodine.
10)
Window Level
Window level adalah nilai tengah
dari window yang digunakan untuk
penampilan gambar. Nilainya dapat dipilih dan tergantung pada karakteristik
perlemahan dari struktur objek yang diperiksa. Window level ini menentukan densitas gambar yang dihasilkan.
d.
Proses pembentukan gambar pada CT Scan
Pembentukan
gambar oleh CT Scanner terdiri atas
tiga tahap, yaitu : akuisisi data; rekonstruksi gambar; dan tampilan gambar,
manipulasi, penyimpanan, perekaman dan komunikasi
(Seeram, 2001).
(Seeram, 2001).
1)
Akuisisi Data
Akusisi data berarti
kumpulan hasil penghitungan transmisi sinar-X setelah melalui tubuh pasien.
Sekali sinar-X menembus pasien, berkas tersebut diterima oleh detektor khusus
yang menghitung nilai transmisi atau nilai atenuasi (penyerapan).
Penghitungan transmisi
yang cukup atau data harus terekam sebagai syarat proses rekonstruksi. Pada
skema kumpulan data yang pertama kali tabung sinar-X dan detektor bergerak pada
garis lurus atau translasi melewati kepala pasien, mengumpulkan hasil
penghitungan transmisi selama pergerakan dari kiri ke kanan. Lalu sinar-X
berotasi 1 derajat dan mulai lagi melewati kepala pasien, kali ini dari kanan
ke kiri. Proses gerak translasi-rotasi-stop-rotasi ini dinamakan scanning yang berulang 180 kali.
Permasalahan dasar yang
muncul dengan metode pengambilan data ini adalah lamanya waktu yang diperlukan
untuk mendapat data yang cukup untuk rekonstruksi gambar. Berikutnya,
diperkenalkan skema scanning pasien
yang lebih efisien. Sebagai tambahan, sinyal dari detektor harus dikonversikan
menjadi data yang dapat dipakai oleh komputer untuk menghasilkan gambar
(Seeram, 2001).
2)
Rekonstruksi Data
Setelah detektor
mendapatkan penghitungan transmisi yang cukup, data dikirim ke komputer untuk
proses selanjutnya. Komputer menggunakan teknik matematika khusus untuk
merekonstruksi gambar CT pada
beberapa tahap yang dinamakan rekonstruksi
algoritma. Sebagai contoh, rekonstruksi algoritma
yang dipakai oleh Hounsfield dalam mengembangkan CT Scan pertama dikenal dengan algebraic
reconstruction technique.
Suatu komputer berperan
sentral dalam proses pembentukan gambar CT.
Secara umum, terdiri atas komputer mini dan mikroprosesor yang terkait dalam
melakukan fungsi-fungsi tertentu. Pada beberapa CT Scan, detektor mampu melakukan perhitungan yang sangat cepat dan
mikroprosesor khusus melakukan operasi pemrosesan gambar (Seeram, 2001).
3)
Tampilan Gambar, Manipulasi, Penyimpanan, Perekaman dan
Komunikasi.
Setelah komputer
melakukan proses rekonstruksi gambar, hasil gambar tersebut bisa ditampilkan
dan disimpan untuk nantinya dianalisis ulang. Monitor bersatu dengan konsul
kontrol yang memungkinkan radiografer (operator konsul) dan radiologis (physician konsul) memanipulasi,
menyimpan dan merekam gambar.
Manipulasi gambar
menjadi populer pada CT. gambar
irisan axial bisa dijadikan irisan coronal, sagital dan paraxial (reformat).
Gambar juga bisa diberi perlakuan smoothing
(melembutkan), edge enhancement,
manipulasi gray scale dan proses tiga
dimensi.
Gambar bisa direkam dan
selanjutnya disimpan dalam beberapa format data. Biasanya dalam bentuk film
sinar-X karena memiliki rentang gray
scale yang lebar dibanding film biasa. Gambar CT dapat disimpan dalam pita magnetik dan cakram magnetik. Pada
penyimpanan optik, data yang terekam dibaca oleh sinar laser.
Pada CT, komunikasi bermakna transmisi elektronik
data berupa tulisan dan gambar dari CT
Scan ke alat lain seperti laser printer, diagnostic workstation, layar monitor di radiologi, Intensive Care Unit (ICU), kamar operasi
dan trauma di Rumah Sakit; dan komputer di luar Rumah Sakit. Terdapat protokol
standar yang digunakan dalam komunikasi CT
scan yaitu Digital Imaging and
Communication in Medicine (DICOM).
Bagian CT saat ini beroperasi dalam
lingkungan Picture Archiving and Communication System (PACS) yang
memungkinkan perpindahan data dan gambar CT antar alat di radiologi. Sistem ini
juga bisa dikoneksikan dengan Radiology Information System (RIS) dan Hospital
Information System (HIS) (Seeram,
2001).
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda