Terapi Musik
A. Pengertian Kecerdasan
Kecerdasan
ialah istilah umum
yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran
yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar,
merencanakan,
memecahkan masalah, berpikir abstrak,
memahami gagasan, menggunakan bahasa,
dan belajar.
Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif
yang dimiliki oleh individu.
Kecerdasan dapat diukur dengan menggunakan alat psikometri
yang biasa disebut sebagai tes IQ.
Id.wikipedia.org.
Orang cerdas adalah, orang yang memiliki pemikiran
yang sangat tajam dan memiliki rasa ingin tahu yang berlebihan. Pemikiran orang
cerdas, selalu membuat orang yang mendengarnya menjadi bingung, karena saat dia
memikirkan kedepannya, maka ia sudah memikirkan yang belakangnya. http://kesempatan-sesama.blogspot.com.
B. IQ, EQ, dan SQ
1.
Kecerdasan
Intektual (IQ)
Orang sering kali menyamakan arti inteligensi dengan IQ, padahal kedua
istilah ini mempunyai perbedaan arti yang sangat mendasar. Menurut David Wechsler,
inteligensi
adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan
menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan
bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir
secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara
langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang
merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu. sedangkan IQ atau
singkatan dari Intelligence Quotient, adalah skor yang diperoleh dari
sebuah alat tes kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit
indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan
seseorang secara keseluruhan.
Inti kecerdasan intelektual ialah aktifitas otak. Otak adalah
organ luar biasa dalam diri kita. Beratnya hanya sekitar 1,5 Kg atau kurang
lebih 5 % dari total berat badan kita. Namun demikian, benda kecil ini
mengkonsumsi lebih dari 30 persen seluruh cadangan kalori yang tersimpan di
dalam tubuh.Otak memiliki 10 sampai 15 triliun sel saraf dan masing-masing sel
saraf mempunyai ribuan sambungan.Otak satu-satunya organ yang terus berkembang
sepanjang itu terus diaktifkan.Kapasitas memori otak yang sebanyak itu hanya
digunakan sekitar 4-5 % dan untuk orang jenius memakainya 5-6 %.Sampai sekarang
para ilmuan belum memahami penggunaan sisa memori sekitar 94 %.
2.
Kecerdasan
Emosional (EQ)
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan individu untuk mengenal
emosi diri sendiri, emosi orang lain, memotivasi diri sendiri, dan mengelola
dengan baik emosi pada diri sendiri dalam berhubungan dengan orang lain
(Golleman, 1999). Emosi adalah perasaan yang dialami individu sebagai reaksi
terhadap rangsang yang berasal dari dirinya sendiri maupun dari orang lain.
Emosi tersebut beragam, namun dapat dikelompokkan kedalam kategori emosi
seperti; marah, takut, sedih, gembira, kasih sayang dan takjub (Santrock,
1994).
EQ adalah istilah baru yang dipopulerkan oleh Daniel Golleman. Berdasarkan hasil penelitian para neurolog dan psikolog, Goleman
(1995) berkesimpulan bahwa setiap manusia memiliki dua potensi pikiran, yaitu
pikiran rasional dan pikiran emosional.Pikiran rasional digerakkan oleh
kemampuan intelektual atau “Intelligence Quotient” (IQ), sedangkan
pikiran emosional digerakkan oleh emosi.
Daniel Golemen, Emotional Intelligence (1994) menyatakan
bahwa “kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanya sekitar 20 % dan sisanya
yang 80 % ditentukan oleh serumpun faktor-faktor yang disebut Kecerdasan
Emosional. Dari nama teknis itu ada yang berpendapat bahwa kalau IQ mengangkat
fungsi pikiran, EQ mengangkat fungsi perasaan. Orang yang ber-EQ tinggi akan
berupaya menciptakan keseimbangan dalam dirinya, bisa mengusahakan kebahagian dari dalam dirinya
sendiri dan bisa mengubah sesuatu yang buruk menjadi sesuatu yang positif dan
bermanfaat.
3.
Kecerdasan
Spiritual (SQ)
Selain IQ, dan EQ, di beberapa tahun terakhir juga berkembang
kecerdasan spiritual (SQ = Spritual Quotiens). Tepatnya di tahun 2000,
dalam bukunya berjudul ”Spiritual Intelligence : the Ultimate Intellegence,
Danah Zohar dan Ian Marshall
mengklaim bahwa SQ adalah inti dari segala intelejensia. Kecerdasan ini
digunakan untuk menyelesaikan masalah kaidah dan nilai-nilai spiritual. Dengan
adanya kecerdasan ini, akan membawa seseorang untuk mencapai kebahagiaan
hakikinya. Karena adanya kepercayaan di dalam dirinya, dan juga bisa melihat
apa potensi dalam dirinya. Karena setiap manusia pasti mempunyai kelebihan dan
juga ada kekurangannya. Intinya, bagaimana kita bisa melihat hal itu. Intelejensia
spiritual membawa seseorang untuk dapat menyeimbangkan pekerjaan dan keluarga,
dan tentu saja dengan Sang Maha Pencipta.
Spiritual Quotient (SQ) adalah
kecerdasan yang berperan sebagai landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ
dan EQ secara efektif. Bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi dalam diri kita. Dari
pernyataan tersebut, jelas SQ saja tidak dapat menyelesaikan permasalahan,
karena diperlukan keseimbangan pula dari kecerdasan emosi dan intelektualnya. Jadi
seharusnya IQ, EQ dan SQ pada diri setiap orang mampu secara proporsional
bersinergi, menghasilkan kekuatan jiwa-raga yang penuh keseimbangan. Dari
pernyataan tersebut, dapat dilihat sebuah model ESQ yang merupakan sebuah
keseimbangan Body (Fisik), Mind (Psikis) and Soul (Spiritual).
C. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kecerdasan
Bukan hal aneh bahwa seorang anak dapat
dididik dan dirangsang kecerdasannya sejak masih dalam kandungan.
Malah, sejak masih janin, orang tua dapat melihat perkembangan kecerdasan
anaknya. Untuk bisa seperti itu, orang tua harus memperhatikan
beberapa aspek, antara lain terpenuhinya kebutuhan biomedis, kasih sayang, dan
stimulasi. Hal ini diungkap dokter spesialis anak, dr Sudjatmiko, MD SpA.
Bicara tentang kecerdasan, tentu saja tidak bisa
lepas dari masalah kualitas otak,
sedangkan kualitas otak itu dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Secara prinsip,
menurut Sudjatmiko, perkembangan positif kecerdasan sejak dalam kandungan itu
bisa terjadi dengan memperhatikan banyak hal. Pertama, kebutuhan-kebutuhan
biologis (fisik) berupa nutrisi bagi ibu hamil harus benar-benar terpenuhi.
Seorang ibu hamil, gizinya harus cukup. Artinya, asupan protein, karbohidrat,
dan mineralnya terpenuhi dengan baik. Faktor kedua adalah kebutuhan kasih
sayang. Seorang ibu harus menerima kehamilan itu, dalam arti kehamilan yang
benar-benar dikehendaki. Tanpa kasih sayang, tumbuh kembangnya bayi tidak akan
optimal.
Kecerdasan multipel dipengaruhi 2 faktor utama yang
saling terkait yaitu faktor keturunan (bawaan, genetik) dan faktor lingkungan.
Seorang anak dapat mengembangkan berbagai kecerdasan jika mempunyai faktor
keturunan dan dirangsang oleh lingkungan terus menerus. Keluargacemara.com
Menurut
pendapat Soeharto. M dalam buku “Kamus Musik”(1992 : 86) Pengertian
musik adalah pengungkapan melalui gagasan melalui bunyi, yang unsur dasarnya
berupa melodi, irama, dan harmoni dengan unsur pendukung berupa gagasan, sifat
dan warna bunyi. Namun dalam penyajiannya, sering dengan unsur-unsur lain,
seperti bahasa, gerak, atau pun warna. Melodi adalah rangkaian dari sejumlah
nada atau bunyi, yang ditanggapi berdasarkan perbedaan tinggi rendah (pitch)
atau naik turunnya. Dapat merupakan satu bentuk rangkaian dari sejumlah nada
atau bunyi, yang ditanggapi berdasarkan perbedaan tinggi rendah (pitch) atau
naik-turunnya. Dapat merupakan satu bentuk ungkapan penuh atau hanya berupa
penggalan ungkapan. Irama adalah gerak yang teratur yang mengalir, karena
munculnya aksen secara tetap. Keindahan akan lebih terasa oleh adanya jalinan
perbedaan nilai dari satuan-satuan bunyinya (duration). Disebut juga ritme,
rhythme, atau pun rhytm. Harmoni adalah perihal keselarasan paduan bunyi.
Secara teknis meliputi susunan, peranan, dan hubungan dari sebuah paduan bunyi
dengan sesamanya, atau dengan bentuk keseluruhannya.
E. Musik Dan Perkembangan Kecerdasan
Otak
Kognitif merupakan semua proses dan
produk pikiran untuk mencapai pengetahuan yang berupa aktivitas mental seperti
mengingat, mensimbolkan, mengkategorikan, memecahkan masalah, menciptakan dan
berfantasi. Penelitian menunjukkan bahwa musik dapat memberikan
rangsangan-rangsangan yang kaya untuk segala aspek perkembangan secara kognitif
dan kecerdasan emosional (emotional
intelligent).
IQ (Intelegent
Quotien), EQ (Emotional Quotien)
dan SQ (Spiritual Quotien)
berpengaruh sangat besar pada proses perkembangan kecerdasan seorang anak. Pada
Musik, IQ, EQ, SQ dapat diibaratkan seperti beat, irama, dan melodi. Anak yang
sejak dalam kandungan terbiasa didengarkan musik biasanya kecerdasan emosional
dan intelegensinya lebih berkembang dibandingkan dengan anak yang jarang
mendengarkan musik. Yang dimaksud musik di sini adalah
musik yang memiliki irama teratur dan nada-nada yang teratur, bukan nada-nada
"miring" (musik rock atau dangdut misalnya) akan lebih baik pilih
lagu yang lembut dan bernuansa rohani keagamaan. Tingkat kedisiplinan dan daya
serap (mudah menghafal) anak yang sering mendengarkan musik juga biasanya lebih
baik dibanding dengan anak yang jarang mendengarkan musik (tentunya dilakukan
dengan pembiasaan).
Roger Sperry (1992) dalam Siegel (1999) penemu
teori Neuron mengatakan bahwa neuron baru akan menjadi sirkuit jika ada
rangsangan musik sehingga neuron yang terpisah-pisah itu bertautan dan
mengintegrasikan diri dalam sirkuit otak, sehingga terjadi perpautan antara
neuron otak kanan dan otak kiri itu. Semakin
banyak rangsangan musik diberikan akan semakin kompleks jalinan antarneuron
itu. Itulah sebenarnya dasar adanya kemampuan matematika, logika, bahasa,
musik, dan emosi pada anak.
Menurut Ahli saraf dari Harvard
University, Mark Tramo, M.D., getaran musik yang masuk melalui
telinga dapat mempengaruhi kejiwaan, Ini terjadi karena didalam otak manusia,
terdapat jutaan neuron dari sirkuit secara unik menjadi aktif ketika kita
mendengar musik. Neuron-neuron ini menyebar ke berbagai daerah di otak,
termasuk pusat auditori di belahan kiri dan belahan kanan. Mulai dari sinilah
kaitan antara musik dan kecerdasan terjadi. Makanya tidak salah pada abad 19
seorang penulis di Inggris pernah berkata “Musik itu adalah nyanyian para malaikat”.
Herry Chunagi (1996) Siegel (1999), yang didasarkan
atas teori neuron, menjelaskan bahwa neuron akan menjadi sirkuit jika ada
rangsangan musik, rangsangan yang berupa gerakan, elusan, suara mengakibatkan
neuron yang terpisah bertautan dan mengintegrasikan diri dalam sirkuit otak.
Semakin banyak rangsangan musik diberikan akan semakin kompleks jalinan
antarneuron itu. Itulah sebenarnya dasar adanya kemampuan matematika, logika,
bahasa, musik, dan emosi pada anak.
Spesialis anak Dr. Sudjatmiko, MD SpA mengatakan, untuk mengontrol
perkembangan anak saat hamil, orangtua harus memperhatikan aspek biomedis,
kasih sayang, dan stimulasi. keluargacemara.com
Aspek biomedis diantaranya adalah asupan protein, mineral,
karbohidrat, dan zat gizi yang harus dipenuhi ibu hamil untuk menghasilkan anak
cerdas. Aspek ini dipenuhi sejak wanita belum mengandung. Aspek kasih sayang
terkait dengan persepsi ibu hamil terhadap janin. Apakah anak tersebut
diinginkan atau tidak, apakah pernikahan direstui atau tidak sangat mempengaruhi
persepsi anak terhadap orangtuanya kelak. Jadi, sangat baik ibu hamil menjaga
emosinya. Ketidakcocokan dibicarakan dengan baik.
Ibu hamil, menurut dr. Sudjatmiko, juga disarankan tidak minum obat
yang katanya membuat kecerdasan bayi meningkat. Obat tersebut menurutnya hanya
omong kosong. Lebih baik Ibu hamil melakukan hal positif yang disukainya.
Ketika merasa senang, tubuh melepas zat neotransmitter
tertentu yang menyenangkan janin. Sebaliknya jika ibu melakukan atau memikirkan
sesuatu yang tidak disukainya, akan mengirim perasaan negatif ke janin.
Van De Carr menemukan pertama kalinya bahwa janin dalam rahim
bereaksi tehadap irama yang masuk. Karena itu, baik untuk ibu hamil membiasakan
diri mendengar musik. Tapi bukan sembarang musik. Alunan tenang Chopin, Mozart,
dan Vivaldi sangat baik untuk menenangkan bayi.
Senada dengan Carr, Dokter kandungan dari Rumah Sakit Dr. Soetomo,
Dr. Hermanto Tj, setelah penelitiannya menemukan, suara adalah stimulasi
terbaik untuk bayi didalam kandungan. Yang dimaksud adalah yang berfrekuensi
3000-8000 Hz, tidak memiliki nada mayor, dan dimainkan sebagian besar dengan
biola.
Idealnya seseorang dapat menguasai keterampilan
kognitif sekaligus keterampilan sosial emosional. Daniel Goleman (1995) melalui
bukunya yang terkenal “Emotional
Intelligences (EQ)”, memberikan gambaran spectrum kecerdasan, dengan
demikian anak akan cakap dalam bidang masing-masing namun juga menjadi amat
ahli. Sebagaimana dikatakan oleh para ahli, perkembangan kecerdasan emosional
sangat dipengaruhi oleh rangsangan musik seperti yang dikatakan Gordon Shaw
(1996).
Menurut Siegel (1999) ahli perkembangan otak,
mengatakan bahwa musik dapat berperan dalam proses pematangan hemisfer kanan
otak, walaupun dapat berpengaruh ke hemisfer sebelah kiri, oleh karena adanya
cross-over dari kanan ke kiri dan sebaliknya yang sangat kompleks dari
jaras-jaras neuronal di otak.
Efek atau suasana perasaan dan emosi baik
persepsi, ekspresi, maupun kesadaran pengalaman emosional, secara predominan
diperantarai oleh hemisfer otak kanan. Artinya, hemisfer ini memainkan peran
besar dalam proses perkembangan emosi, yang sangat penting bagi perkembangan
sifat-sifat manusia yang manusiawi.
Kehalusan dan kepekaan seseorang untuk dapat
ikut merasakan perasaan orang lain, menghayati pengalaman kehidupan dengan
“perasaan”, adalah fungsi otak kanan, sedang kemampuan mengerti perasaan orang
lain, mengerti pengalaman dengan rasio adalah fungsi otak kiri. Kemampuan
seseorang untuk dapat berkomunikasi dengan baik dan manusiawi dengan orang lain
merupakan percampuran ( blending antara
otak kanan dan kiri itu ). Fauzi,
2004.
Bagi Ibu hamil atau ibu sesudah melahirkan maupun janin atau bayi
terapi musik dapat menimbulkan reaksi psikologis karena musik dapat menenangkan (relaksasi)
dan juga memberiakn rangsanagan (stimulasia). Babyorchestra.wordpress.com
F.
Terapi
Musik
Menurut
hasil penelitian ilmiah dari berbagai macam pakar seperti dokter ahli syaraf,
psikolog, dokter anak, dokter kebidanan, menyampaikan bahwa:
1. Sudah ada
proses belajar sejak dalam kandungan.
Rahim ibu lebih menyerupai “ruang kelas” dari pada anggapan selama ini hanya sebagai “ruang tunggu”.
Rahim ibu lebih menyerupai “ruang kelas” dari pada anggapan selama ini hanya sebagai “ruang tunggu”.
2. Janin
telah dapat mendengar secara jelas pada usia enam bulan dalam kandungan, sehingga ia dapat
menggerak-gerakkan tubuhnya sesuai dengan irama nada suara ibunya atau cara
ibunya berbicara.
3. Janin juga
mampu untuk belajar sedikit mengenai musik pada usia 4/5 bulan. Artinya: secara pasti janin dapat
bereaksi terhadap bunyi dan melodi dengan cara berbeda-beda terhadap ritme atau
irama musik. Misalnya: Jika kita memutar lagu berirama lembut, maka janin yang
sedang gelisah sekalipun akan merasa tenang atau relaks. sebaliknya jika kita
memutar lagu-lagu dengan irama cepat/ lagu-llagu Pop atau Rock, maka janin yang
paling tenangpun akan mulai menendang secara aktif bergerak.
4. Janin
dalam kandungan sudah memiliki perasaan, kesadaran, dan daya ingat.
5. Janin
dalam kandungan yang diberi rangsangan suara termasuk “Musik” secara teratur
dan terus-menerus ternyata mampu memacu kecerdasan bayi setelah lahir.
Atas dasar hasil penelitian dari
para pakar tersebut maka musik telah digunakan sebagai salah satu aktivitas
dalam penatalaksanaan pengobatan berbagai penyakit fisik maupun fisik / mental
dan dikenal dengan nama “Terapi Musik”.
Terbukanya misteri musik yang mampu
mempengaruhi kondisi kesehatan seorang, baik fisik maupun mental, sehingga
timbulah beragam pengertian terapi musik tersebut seperti dibawah ini;
1. Terapi
musik adalah suatu bentuk kegiatan yang mempergunakan musik dan lagu/nyanyi
secara terpadu dan terarah didalam membimbing ibu-ibu tersebut selama masa
kehamilan yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan:
a.
Relaksasi bagi ibu-ibu hamil.
b.
Stimulasi dini pada janin.
c.
Menjalin keterikatan
emosional antara ibu hamil dan janinnya.
2.
Terapi musik adalah suatu
bentuk terapi dengan mempergunakan musik secara sistimatis, terkontrol dan
terarah didalam:
a.
Menyembuhkan
b.
Merehabilitasi
c.
Mendidik
d.
Melatih anak-anak dan orang
dewasa yang menderita gangguan fisik, mental, atau emosional
G. Tahapan dan cara menerapkan terapi musik
Ibu hamil yang membutuhkan relaksasi, bisa mendengar musik kapan
saja dan mana saja. Rangsangan berupa suara yang Menenangkan itu juga akan
dinikmati janin. Namun, seperti yang dikatakan Dra. Hj. Iesye Widodo, Psi.,
ahli terapi musik dari klinik Tiara Putera, untuk hasil optimal, terapi musik
bagi janin harus dilakukan secara terprogram atau tidak sembarangan.
1.
Usia
Kehamilan yang Baik Melakukan Terapi Musik
Seperti sudah kita ketahui, otak janin sudah bekerja di usia
kehamilan 16 minggu. Setelah melalui proses pembentukan, kesempurnaannya
terjadi di usia kandungan 18-20 minggu. “Di usia inilah,” menurut Iesye,
“terapi musik paling baik mulai dilakukan, karena perlengkapan pendengaran
janin sudah semakin sempurna.” Namun, sejak di trimester pertama pun ibu sudah
boleh melakukannya, meski janin belum dapat bereaksi. Terapi ini lebih
ditujukan kepada ibu untuk mengurangi kadar stres saat menjalani masa
mual-muntah.”
2.
Mengatur
jadwal
Iesye menekankan, ibu bisa menentukan sendiri waktu terapi yang
tepat, boleh pagi, siang, sore atau malam. Yang penting, ketika sudah memilih
waktunya, maka ibu harus konsisten dengan waktu tersebut. “Kalau sudah
menetapkan di pagi hari, maka selanjutnya harus di pagi hari, jangan diubah.”
Pilihlah waktu sesuai kesempatan yang dimiliki. Bagi ibu yang bekerja misalnya,
mungkin pagi hari bukanlah waktu yang tepat. Jadi, lakukan di malam hari atau
di sela-sela waktu kerjanya. “Yang penting berkesinambungan dan konsisten. Bila
tidak, maka hasilnya akan tidak sesuai dengan yang diharapkan.”
Selain waktu ibu, waktu janin juga perlu dipertimbangkan.
Bagaimanapun, menurut Iesye, akan lebih baik bila terapi dilakukan ketika janin
sedang tidak tidur. Pada saat terjaga, janin bisa menyimak rangsangan suara
secara aktif. Dengan begitu, daya ingatnya juga ikut terangsang dan bertambah
kuat.
Menurut penelitian, janin akan terjaga saat ibu selesai makan,
terutama makan siang. Nah, waktu-waktu ini bisa dimanfaatkan untuk melakukan
terapi. Namun, tidak dijamin juga bahwa setelah ibu makan siang, janin pasti
terjaga. Bisa saja, ia terjaga di pagi, sore, atau bahkan ketika ibu sedang
tidur. Jadi, tak mesti juga ibu memaksakan diri melakukan terapi musik bagi
janin segera setelah waktu makannya.
3.
Pilihan
musik dan lagu
Untuk terapi, sebaiknya ibu tidak hanya memperdengarkan gubahan
musik klasik. Selingi dengan lagu anak-anak agar ibu bisa sekalian mengajak
bayi berkomunikasi. Banyak jenis musik lain terbukti dapat merangsang
kecerdasan. Misalnya, musik instrumen rebana, lagu anak-anak, dan lagu-lagu
rohani.
Tabel 2.1 Panduan Terapi Musik Di Rumah
No.
|
Siklus Hidup
|
Kondisi
|
Komposisi Musik
|
Komponis
|
1.
|
Masa kehamilan 1-3 Bulan
|
Normal
|
Cassation
|
W.A. Mozart
|
Prelude to Rosamunde
|
Franz Schubert
|
|||
Stres
|
La Mer
|
Claude Debussy
|
||
Symphoni No. 4
|
Felix Mandelsohn
|
|||
2
|
Janin usia 3-6 Bulan
|
Normal
|
- Konser piano C Mayor KV 467: Andante –
Konser PIano No. 21
- Konser Seruling G. Dur.KV.313
Allegro;Andante;Rondo
- Kuartet Seruling No. 1, 2, 3, & 4 KV 285
|
W.A. Mozart
W.A. Mozart
W.A. Mozart
|
3.
|
Janin usia 6-9 Bulan
|
Normal
|
- Konser piano C Mayor KV 467: Andante
- Konser PIano No. 21
- Konser Seruling G. Dur.KV.313
Allegro;Andante;Rondo
- Kuartet Seruling No. 1, 2, 3, & 4 KV 285
- Twinkle-twinkle Little Star -Baa, Baa Black
Sheep -Satu, Dua, Tiga
|
W.A. Mozart
W.A. Mozart
W.A. Mozart
Pa Kasur
|
Aktif
|
1.Konser Seruling
2.Prelude to Rosamunde
|
1.W.A. Mozart 2.Franz Schubert
|
||
4.
|
Bayi baru lahir s/d dua minggu
|
Normal
|
- Andante dari Symphoni No. 25 in G Minor
(K. 183)
- Andante Sostenute dari Violin Sonata in C.
Mayor (K. 926)
- Lagu-lagu bisa dikembangkan oleh orang
tua dengan membuat kata-kata yang
sesuai
dengan keinginan Anda untuk
mengiringi
melodi-melodi di atas
|
W.A. Mozart
|
Tabel 2.1. Narasumber: Dra. Hj. Iesye Widodo, Psi ( dikutip dari nakita edisi 227/V/9 Agustus
2003 )
4.
Cara
melakukan
Iesye menganjurkan, ketika ingin memulai terapi, sebaiknya ibu
berkonsultasi dulu dengan terapis profesional untuk mendapatkan pengarahan,
seperti apa manfaatnya, kapan harus dilaksanakan, dan bagaimana caranya secara
terperinci. Tentu saja agar terapinya berjalan efektif dan optimal.
“Selanjutnya, ibu bisa mempraktekkannya di rumah sambil membaca berbagai
referensi yang memang sangat penting diketahui.”
Berikut, Iesye mengenalkan tiga tahapan pendahuluan dari terapi
musik yang bisa dijadikan pedoman saat ibu melakukannya di rumah.
a.
Relaksasi Fisik
Untuk mencapai relaks secara fisik, ibu dapat menggunakan teknik
progresif relaksi. Pada tahap ini ibu yang sedang hamil harus mengendorkan dan
mengencangkan otot-otot tubuh secara berurutan sambil mengatur napas. Relaksasi
ini sangat dibutuhkan agar musik bisa dicerna dengan baik dan dapat tersalurkan
ke seluruh anggota tubuh.
Pilihlah posisi yang paling nyaman, bisa sambil tiduran ataupun
duduk. Bila ibu lebih bisa berkonsentrasi pada musik dengan posisi duduk,
ambillah posisi ini. Demikian pula dengan posisi tiduran.
b.
Relaksasi Mental
Setelah relaksasi fisik maka saatnya untuk masuk ke tahapan
relaksasi mental. Di tempat terapi, selama tahapan ini awalnya ibu hamil
dipandu instruktur terapis dengan kata-kata yang bersifat sugesti. Tujuannya
untuk membawa ibu ke suasana di mana mereka bisa melupakan ketegangan dan
kecemasan yang dirasakan selama kehamilan. Agar sampai ke tujuan, ibu dianjurkan
untuk berkonsentrasi. Musik yang mengiringinya tentu saja yang bisa
membangkitkan perasaan relaks. Selanjutnya, dengan mengikuti instruksi yang
sudah pernah didapat, ibu dapat melakukannya sendiri di rumah.
c.
Stimulasi atau Rangsangan Musik
pada Janin
Untuk memperoleh manfaat maksimal dari terapi ini, ibu dianjurkan
untuk mendengarkan musik dengan konsentrasi dan kesadaran penuh. Alunan
suaranya mesti bisa merasuki pikiran ibu tanpa ada gangguan berupa
ketidakstabilan emosi, suara berisik, dan kurang konsentrasi.
Saat mendengarkan musik, ambil posisi sekitar setengah meter dari
tape atau dapat menggunakan walkman. Usahakan volume suaranya jangan terlalu
keras ataupun lemah, tetapi sedang-sedang saja. Intinya, volume tersebut dapat
menyamankan dan membuat ibu bisa berkonsentrasi penuh. Sesekali, boleh
menempelkan earphone ke perut ibu agar janin bisa mendengar lebih jelas. Ketiga
cara ini, sama baiknya.
Dianjurkan pula untuk tidak mendengarkan musiknya saja, kalau bisa
ibu ikut berdendang mengikuti melodi atau liriknya. Untuk itu, bisa pilih lagu
Twinkle-twinkle Little Star atau lagu-lagu ciptaan Ibu Sud, Pak Kasur, dan A.T
Mahmud. Selain syair-syairnya cocok buat anak, lagu-lagu itu juga tidak lekang
digusur zaman.
Waktu yang diperlukan untuk terapi sekitar 30 menit setiap hari.
Asalkan ibu bisa berkonsentrasi dengan baik, dalam sehari boleh satu, dua, atau
tiga lagu yang didengarkan. Bila banyaknya jenis lagu malah membuyarkan
konsentrasi, sebaiknya pilih satu jenis saja dalam sehari.
H. Durasi
terapi musik
Mungkin semua jenis musik, dari yang tradisional hingga modern, bisa
pula dimanfaatkan untuk hal yang sama. Namun, hingga saat ini yang sudah
diteliti dan menunjukkan hasil positif baru musik klasik, terutama karya
Mozart. Jenis musik ini terbukti efektif dalam menstimulasi perkembangan otak
belahan kanan dari janin. Menurut Suzuki (1987), seperti dikutip Utami, bila
anak dibesarkan dalam suasana musik Mozart sejak dini, jiwa Mozart yang penuh
kasih sayang akan tumbuh juga dalam dirinya.
Mendengar alunan musik yang tenang, jantung si janin berdenyut
dengan tenang pula. Bahkan, setelah dilahirkan mendengarkan musik klasik juga
memberi pengaruh baik bagi si bayi. Bayi yang dilahirkan, ketika berusia dua
tahun ternyata memiliki kemampuan komunikasi pasif dan aktif seperti anak usia
empat tahun. Isye juga menyatakan, lagu anak-anak yang dipilih untuk terapi
cukup dua tiga lagu. Musik bersyair itu misalnya lagu anak-anak ciptaan Ibu Sud
atau Ibu Kasur. Menurut dia, Pelangi-Pelangi merupakan lagu paling
disukai. “Pada akhir lagu itu ”kan ada syair ”… ciptaan Tuhan”. Jadi sejak
janin, calon anak ini sudah mengenal kata Tuhan,” jelasnya.
Stimulasi perkembangan otak janin ini bisa dilakukan sejak usia
kehamilan 18 – 20 minggu. Menurut Harold I. Kaplan, Benjamin J. Sadock, dan
Jack A. Grebb, pada usia itu janin sudah dapat mendengar. Dia juga sudah bisa
bereaksi terhadap suara dengan memberi respons berupa kontraksi otot,
pergerakan, dan perubahan denyut jantung. Bahkan, pada usia itu perkembangan
mental emosional janin sudah dapat dipengaruhi musik. Mendengarkannya bisa
dilakukan di mana saja. Namun, untuk tujuan terapi sebaiknya dilakukan di
tempat khusus untuk terapi dan dipandu oleh pakarnya. “Di tempat terapi ini
akan tercipta suasana kebersamaan. Dengan kebersamaan itu, mereka bisa bertukar
pengalaman dan sebagainya, sehingga saat menghadapi persalinan persiapan mental
mereka sudah bagus dan rasa percaya dirinya juga bagus,” jelas Isye.
Di samping itu ibu hamil dianjurkan pula mendengarkan musik di rumah
secara teratur. Dalam melakukan terapi musik, ibu hamil mesti melalui tahapan
relaksasi fisik dan mental sebelum memasuki tahapan stimulasi terhadap janin
Setelah secara fisik rileks, baru memasuki relaksasi mental. Dalam
relaksasi mental, saya mengucapkan kata-kata yang bersifat sugesti dan
menguatkan. Jadi secara fisik mereka rileks, dan saya membawa mereka ke dalam
suasana di mana mereka bisa melupakan semua konflik yang mereka rasakan
sebelumnya. Mereka hanya berkonsentrasi untuk terapi. Pada saat diberi instruksi-instruksi
untuk relaksasi, diperdengarkan alunan musik yang bisa membangkitkan perasaan
rileks. (Sumber : Majalah Intisari). Baby Orchestra.htm