Senin, 11 November 2013

Terapi Musik

A.  Pengertian Kecerdasan
Kecerdasan ialah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu. Kecerdasan dapat diukur dengan menggunakan alat psikometri yang biasa disebut sebagai tes IQ. Id.wikipedia.org.
Orang cerdas adalah, orang yang memiliki pemikiran yang sangat tajam dan memiliki rasa ingin tahu yang berlebihan. Pemikiran orang cerdas, selalu membuat orang yang mendengarnya menjadi bingung, karena saat dia memikirkan kedepannya, maka ia sudah memikirkan yang belakangnya. http://kesempatan-sesama.blogspot.com.

B.  IQ, EQ, dan SQ
1.    Kecerdasan Intektual (IQ)
Orang sering kali menyamakan arti inteligensi dengan IQ, padahal kedua istilah ini mempunyai perbedaan arti yang sangat mendasar. Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu. sedangkan IQ atau singkatan dari Intelligence Quotient, adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan.
Inti kecerdasan intelektual ialah aktifitas otak. Otak adalah organ luar biasa dalam diri kita. Beratnya hanya sekitar 1,5 Kg atau kurang lebih 5 % dari total berat badan kita. Namun demikian, benda kecil ini mengkonsumsi lebih dari 30 persen seluruh cadangan kalori yang tersimpan di dalam tubuh.Otak memiliki 10 sampai 15 triliun sel saraf dan masing-masing sel saraf mempunyai ribuan sambungan.Otak satu-satunya organ yang terus berkembang sepanjang itu terus diaktifkan.Kapasitas memori otak yang sebanyak itu hanya digunakan sekitar 4-5 % dan untuk orang jenius memakainya 5-6 %.Sampai sekarang para ilmuan belum memahami penggunaan sisa memori sekitar 94 %.

2.    Kecerdasan Emosional (EQ)
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan individu untuk mengenal emosi diri sendiri, emosi orang lain, memotivasi diri sendiri, dan mengelola dengan baik emosi pada diri sendiri dalam berhubungan dengan orang lain (Golleman, 1999). Emosi adalah perasaan yang dialami individu sebagai reaksi terhadap rangsang yang berasal dari dirinya sendiri maupun dari orang lain. Emosi tersebut beragam, namun dapat dikelompokkan kedalam kategori emosi seperti; marah, takut, sedih, gembira, kasih sayang dan takjub (Santrock, 1994).
EQ adalah istilah baru yang dipopulerkan oleh Daniel Golleman. Berdasarkan hasil penelitian para neurolog dan psikolog, Goleman (1995) berkesimpulan bahwa setiap manusia memiliki dua potensi pikiran, yaitu pikiran rasional dan pikiran emosional.Pikiran rasional digerakkan oleh kemampuan intelektual atau “Intelligence Quotient” (IQ), sedangkan pikiran emosional digerakkan oleh emosi.
Daniel Golemen, Emotional Intelligence (1994) menyatakan bahwa “kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanya sekitar 20 % dan sisanya yang 80 % ditentukan oleh serumpun faktor-faktor yang disebut Kecerdasan Emosional. Dari nama teknis itu ada yang berpendapat bahwa kalau IQ mengangkat fungsi pikiran, EQ mengangkat fungsi perasaan. Orang yang ber-EQ tinggi akan berupaya menciptakan keseimbangan dalam dirinya, bisa mengusahakan kebahagian dari dalam dirinya sendiri dan bisa mengubah sesuatu yang buruk menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaat.

3.    Kecerdasan Spiritual (SQ)
Selain IQ, dan EQ, di beberapa tahun terakhir juga berkembang kecerdasan spiritual (SQ = Spritual Quotiens). Tepatnya di tahun 2000, dalam bukunya berjudul ”Spiritual Intelligence : the Ultimate Intellegence, Danah Zohar dan Ian Marshall mengklaim bahwa SQ adalah inti dari segala intelejensia. Kecerdasan ini digunakan untuk menyelesaikan masalah kaidah dan nilai-nilai spiritual. Dengan adanya kecerdasan ini, akan membawa seseorang untuk mencapai kebahagiaan hakikinya. Karena adanya kepercayaan di dalam dirinya, dan juga bisa melihat apa potensi dalam dirinya. Karena setiap manusia pasti mempunyai kelebihan dan juga ada kekurangannya. Intinya, bagaimana kita bisa melihat hal itu. Intelejensia spiritual membawa seseorang untuk dapat menyeimbangkan pekerjaan dan keluarga, dan tentu saja dengan Sang Maha Pencipta.
Spiritual Quotient (SQ) adalah kecerdasan yang berperan sebagai landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi dalam diri kita. Dari pernyataan tersebut, jelas SQ saja tidak dapat menyelesaikan permasalahan, karena diperlukan keseimbangan pula dari kecerdasan emosi dan intelektualnya. Jadi seharusnya IQ, EQ dan SQ pada diri setiap orang mampu secara proporsional bersinergi, menghasilkan kekuatan jiwa-raga yang penuh keseimbangan. Dari pernyataan tersebut, dapat dilihat sebuah model ESQ yang merupakan sebuah keseimbangan Body (Fisik), Mind (Psikis) and Soul (Spiritual).
C.   Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan
Bukan hal aneh bahwa seorang anak dapat dididik dan dirangsang kecerdasannya sejak masih dalam kandungan. Malah, sejak masih janin, orang tua dapat melihat perkembangan kecerdasan anaknya. Untuk bisa seperti itu, orang tua harus memperhatikan beberapa aspek, antara lain terpenuhinya kebutuhan biomedis, kasih sayang, dan stimulasi. Hal ini diungkap dokter spesialis anak, dr Sudjatmiko, MD SpA.
Bicara tentang kecerdasan, tentu saja tidak bisa lepas dari masalah kualitas otak, sedangkan kualitas otak itu dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Secara prinsip, menurut Sudjatmiko, perkembangan positif kecerdasan sejak dalam kandungan itu bisa terjadi dengan memperhatikan banyak hal. Pertama, kebutuhan-kebutuhan biologis (fisik) berupa nutrisi bagi ibu hamil harus benar-benar terpenuhi. Seorang ibu hamil, gizinya harus cukup. Artinya, asupan protein, karbohidrat, dan mineralnya terpenuhi dengan baik. Faktor kedua adalah kebutuhan kasih sayang. Seorang ibu harus menerima kehamilan itu, dalam arti kehamilan yang benar-benar dikehendaki. Tanpa kasih sayang, tumbuh kembangnya bayi tidak akan optimal.
Kecerdasan multipel dipengaruhi 2 faktor utama yang saling terkait yaitu faktor keturunan (bawaan, genetik) dan faktor lingkungan. Seorang anak dapat mengembangkan berbagai kecerdasan jika mempunyai faktor keturunan dan dirangsang oleh lingkungan terus menerus. Keluargacemara.com

D.  Pengertian Musik
Menurut pendapat Soeharto. M dalam buku “Kamus Musik”(1992 : 86) Pengertian musik adalah pengungkapan melalui gagasan melalui bunyi, yang unsur dasarnya berupa melodi, irama, dan harmoni dengan unsur pendukung berupa gagasan, sifat dan warna bunyi. Namun dalam penyajiannya, sering dengan unsur-unsur lain, seperti bahasa, gerak, atau pun warna. Melodi adalah rangkaian dari sejumlah nada atau bunyi, yang ditanggapi berdasarkan perbedaan tinggi rendah (pitch) atau naik turunnya. Dapat merupakan satu bentuk rangkaian dari sejumlah nada atau bunyi, yang ditanggapi berdasarkan perbedaan tinggi rendah (pitch) atau naik-turunnya. Dapat merupakan satu bentuk ungkapan penuh atau hanya berupa penggalan ungkapan. Irama adalah gerak yang teratur yang mengalir, karena munculnya aksen secara tetap. Keindahan akan lebih terasa oleh adanya jalinan perbedaan nilai dari satuan-satuan bunyinya (duration). Disebut juga ritme, rhythme, atau pun rhytm. Harmoni adalah perihal keselarasan paduan bunyi. Secara teknis meliputi susunan, peranan, dan hubungan dari sebuah paduan bunyi dengan sesamanya, atau dengan bentuk keseluruhannya.

E.  Musik Dan Perkembangan Kecerdasan Otak
Kognitif merupakan semua proses dan produk pikiran untuk mencapai pengetahuan yang berupa aktivitas mental seperti mengingat, mensimbolkan, mengkategorikan, memecahkan masalah, menciptakan dan berfantasi. Penelitian menunjukkan bahwa musik dapat memberikan rangsangan-rangsangan yang kaya untuk segala aspek perkembangan secara kognitif dan kecerdasan emosional (emotional intelligent).
IQ (Intelegent Quotien), EQ (Emotional Quotien) dan SQ (Spiritual Quotien) berpengaruh sangat besar pada proses perkembangan kecerdasan seorang anak. Pada Musik, IQ, EQ, SQ dapat diibaratkan seperti beat, irama, dan melodi. Anak yang sejak dalam kandungan terbiasa didengarkan musik biasanya kecerdasan emosional dan intelegensinya lebih berkembang dibandingkan dengan anak yang jarang mendengarkan musik. Yang dimaksud musik di sini adalah musik yang memiliki irama teratur dan nada-nada yang teratur, bukan nada-nada "miring" (musik rock atau dangdut misalnya) akan lebih baik pilih lagu yang lembut dan bernuansa rohani keagamaan. Tingkat kedisiplinan dan daya serap (mudah menghafal) anak yang sering mendengarkan musik juga biasanya lebih baik dibanding dengan anak yang jarang mendengarkan musik (tentunya dilakukan dengan pembiasaan).
Roger Sperry (1992) dalam Siegel (1999) penemu teori Neuron mengatakan bahwa neuron baru akan menjadi sirkuit jika ada rangsangan musik sehingga neuron yang terpisah-pisah itu bertautan dan mengintegrasikan diri dalam sirkuit otak, sehingga terjadi perpautan antara neuron otak kanan dan otak kiri itu. Semakin banyak rangsangan musik diberikan akan semakin kompleks jalinan antarneuron itu. Itulah sebenarnya dasar adanya kemampuan matematika, logika, bahasa, musik, dan emosi pada anak.
Menurut Ahli saraf dari Harvard University, Mark Tramo, M.D., getaran musik yang masuk melalui telinga dapat mempengaruhi kejiwaan, Ini terjadi karena didalam otak manusia, terdapat jutaan neuron dari sirkuit secara unik menjadi aktif ketika kita mendengar musik. Neuron-neuron ini menyebar ke berbagai daerah di otak, termasuk pusat auditori di belahan kiri dan belahan kanan. Mulai dari sinilah kaitan antara musik dan kecerdasan terjadi. Makanya tidak salah pada abad 19 seorang penulis di Inggris pernah berkata “Musik itu adalah nyanyian para malaikat”.
Herry Chunagi (1996) Siegel (1999), yang didasarkan atas teori neuron, menjelaskan bahwa neuron akan menjadi sirkuit jika ada rangsangan musik, rangsangan yang berupa gerakan, elusan, suara mengakibatkan neuron yang terpisah bertautan dan mengintegrasikan diri dalam sirkuit otak. Semakin banyak rangsangan musik diberikan akan semakin kompleks jalinan antarneuron itu. Itulah sebenarnya dasar adanya kemampuan matematika, logika, bahasa, musik, dan emosi pada anak.
Spesialis anak Dr. Sudjatmiko, MD SpA mengatakan, untuk mengontrol perkembangan anak saat hamil, orangtua harus memperhatikan aspek biomedis, kasih sayang, dan stimulasi. keluargacemara.com
Aspek biomedis diantaranya adalah asupan protein, mineral, karbohidrat, dan zat gizi yang harus dipenuhi ibu hamil untuk menghasilkan anak cerdas. Aspek ini dipenuhi sejak wanita belum mengandung. Aspek kasih sayang terkait dengan persepsi ibu hamil terhadap janin. Apakah anak tersebut diinginkan atau tidak, apakah pernikahan direstui atau tidak sangat mempengaruhi persepsi anak terhadap orangtuanya kelak. Jadi, sangat baik ibu hamil menjaga emosinya. Ketidakcocokan dibicarakan dengan baik.
Ibu hamil, menurut dr. Sudjatmiko, juga disarankan tidak minum obat yang katanya membuat kecerdasan bayi meningkat. Obat tersebut menurutnya hanya omong kosong. Lebih baik Ibu hamil melakukan hal positif yang disukainya. Ketika merasa senang, tubuh melepas zat neotransmitter tertentu yang menyenangkan janin. Sebaliknya jika ibu melakukan atau memikirkan sesuatu yang tidak disukainya, akan mengirim perasaan negatif ke janin.
Van De Carr menemukan pertama kalinya bahwa janin dalam rahim bereaksi tehadap irama yang masuk. Karena itu, baik untuk ibu hamil membiasakan diri mendengar musik. Tapi bukan sembarang musik. Alunan tenang Chopin, Mozart, dan Vivaldi sangat baik untuk menenangkan bayi.
Senada dengan Carr, Dokter kandungan dari Rumah Sakit Dr. Soetomo, Dr. Hermanto Tj, setelah penelitiannya menemukan, suara adalah stimulasi terbaik untuk bayi didalam kandungan. Yang dimaksud adalah yang berfrekuensi 3000-8000 Hz, tidak memiliki nada mayor, dan dimainkan sebagian besar dengan biola.
Idealnya seseorang dapat menguasai keterampilan kognitif sekaligus keterampilan sosial emosional. Daniel Goleman (1995) melalui bukunya yang terkenal “Emotional Intelligences (EQ)”, memberikan gambaran spectrum kecerdasan, dengan demikian anak akan cakap dalam bidang masing-masing namun juga menjadi amat ahli. Sebagaimana dikatakan oleh para ahli, perkembangan kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh rangsangan musik seperti yang dikatakan Gordon Shaw (1996).
Menurut Siegel (1999) ahli perkembangan otak, mengatakan bahwa musik dapat berperan dalam proses pematangan hemisfer kanan otak, walaupun dapat berpengaruh ke hemisfer sebelah kiri, oleh karena adanya cross-over dari kanan ke kiri dan sebaliknya yang sangat kompleks dari jaras-jaras neuronal di otak.
Efek atau suasana perasaan dan emosi baik persepsi, ekspresi, maupun kesadaran pengalaman emosional, secara predominan diperantarai oleh hemisfer otak kanan. Artinya, hemisfer ini memainkan peran besar dalam proses perkembangan emosi, yang sangat penting bagi perkembangan sifat-sifat manusia yang manusiawi.
Kehalusan dan kepekaan seseorang untuk dapat ikut merasakan perasaan orang lain, menghayati pengalaman kehidupan dengan “perasaan”, adalah fungsi otak kanan, sedang kemampuan mengerti perasaan orang lain, mengerti pengalaman dengan rasio adalah fungsi otak kiri. Kemampuan seseorang untuk dapat berkomunikasi dengan baik dan manusiawi dengan orang lain merupakan percampuran ( blending antara otak kanan dan kiri itu ). Fauzi, 2004.
Bagi Ibu hamil atau ibu sesudah melahirkan maupun janin atau bayi terapi musik dapat menimbulkan reaksi psikologis karena musik dapat menenangkan (relaksasi) dan juga memberiakn rangsanagan (stimulasia). Babyorchestra.wordpress.com

F.   Terapi Musik
Menurut hasil penelitian ilmiah dari berbagai macam pakar seperti dokter ahli syaraf, psikolog, dokter anak, dokter kebidanan, menyampaikan bahwa:
1.    Sudah ada proses belajar sejak dalam kandungan.
Rahim ibu lebih menyerupai “ruang kelas” dari pada anggapan selama ini hanya sebagai “ruang tunggu”.
2.    Janin telah dapat mendengar secara jelas pada usia enam bulan dalam kandungan, sehingga ia dapat menggerak-gerakkan tubuhnya sesuai dengan irama nada suara ibunya atau cara ibunya berbicara.
3.    Janin juga mampu untuk belajar sedikit mengenai musik pada usia 4/5 bulan. Artinya: secara pasti janin dapat bereaksi terhadap bunyi dan melodi dengan cara berbeda-beda terhadap ritme atau irama musik. Misalnya: Jika kita memutar lagu berirama lembut, maka janin yang sedang gelisah sekalipun akan merasa tenang atau relaks. sebaliknya jika kita memutar lagu-lagu dengan irama cepat/ lagu-llagu Pop atau Rock, maka janin yang paling tenangpun akan mulai menendang secara aktif bergerak.
4.    Janin dalam kandungan sudah memiliki perasaan, kesadaran, dan daya ingat.
5.    Janin dalam kandungan yang diberi rangsangan suara termasuk “Musik” secara teratur dan terus-menerus ternyata mampu memacu kecerdasan bayi setelah lahir.
Atas dasar hasil penelitian dari para pakar tersebut maka musik telah digunakan sebagai salah satu aktivitas dalam penatalaksanaan pengobatan berbagai penyakit fisik maupun fisik / mental dan dikenal dengan nama “Terapi Musik”.
Terbukanya misteri musik yang mampu mempengaruhi kondisi kesehatan seorang, baik fisik maupun mental, sehingga timbulah beragam pengertian terapi musik tersebut seperti dibawah ini;
1.    Terapi musik adalah suatu bentuk kegiatan yang mempergunakan musik dan lagu/nyanyi secara terpadu dan terarah didalam membimbing ibu-ibu tersebut selama masa kehamilan yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan:
a.    Relaksasi bagi ibu-ibu hamil.
b.    Stimulasi dini pada janin.
c.    Menjalin keterikatan emosional antara ibu hamil dan janinnya.
2.    Terapi musik adalah suatu bentuk terapi dengan mempergunakan musik secara sistimatis, terkontrol dan terarah didalam:
a.    Menyembuhkan
b.    Merehabilitasi
c.    Mendidik
d.   Melatih anak-anak dan orang dewasa yang menderita gangguan fisik, mental, atau emosional

G.   Tahapan dan cara menerapkan terapi musik
Ibu hamil yang membutuhkan relaksasi, bisa mendengar musik kapan saja dan mana saja. Rangsangan berupa suara yang Menenangkan itu juga akan dinikmati janin. Namun, seperti yang dikatakan Dra. Hj. Iesye Widodo, Psi., ahli terapi musik dari klinik Tiara Putera, untuk hasil optimal, terapi musik bagi janin harus dilakukan secara terprogram atau tidak sembarangan.

1.    Usia Kehamilan yang Baik Melakukan Terapi Musik
Seperti sudah kita ketahui, otak janin sudah bekerja di usia kehamilan 16 minggu. Setelah melalui proses pembentukan, kesempurnaannya terjadi di usia kandungan 18-20 minggu. “Di usia inilah,” menurut Iesye, “terapi musik paling baik mulai dilakukan, karena perlengkapan pendengaran janin sudah semakin sempurna.” Namun, sejak di trimester pertama pun ibu sudah boleh melakukannya, meski janin belum dapat bereaksi. Terapi ini lebih ditujukan kepada ibu untuk mengurangi kadar stres saat menjalani masa mual-muntah.”

2.    Mengatur jadwal
Iesye menekankan, ibu bisa menentukan sendiri waktu terapi yang tepat, boleh pagi, siang, sore atau malam. Yang penting, ketika sudah memilih waktunya, maka ibu harus konsisten dengan waktu tersebut. “Kalau sudah menetapkan di pagi hari, maka selanjutnya harus di pagi hari, jangan diubah.” Pilihlah waktu sesuai kesempatan yang dimiliki. Bagi ibu yang bekerja misalnya, mungkin pagi hari bukanlah waktu yang tepat. Jadi, lakukan di malam hari atau di sela-sela waktu kerjanya. “Yang penting berkesinambungan dan konsisten. Bila tidak, maka hasilnya akan tidak sesuai dengan yang diharapkan.”
Selain waktu ibu, waktu janin juga perlu dipertimbangkan. Bagaimanapun, menurut Iesye, akan lebih baik bila terapi dilakukan ketika janin sedang tidak tidur. Pada saat terjaga, janin bisa menyimak rangsangan suara secara aktif. Dengan begitu, daya ingatnya juga ikut terangsang dan bertambah kuat.
Menurut penelitian, janin akan terjaga saat ibu selesai makan, terutama makan siang. Nah, waktu-waktu ini bisa dimanfaatkan untuk melakukan terapi. Namun, tidak dijamin juga bahwa setelah ibu makan siang, janin pasti terjaga. Bisa saja, ia terjaga di pagi, sore, atau bahkan ketika ibu sedang tidur. Jadi, tak mesti juga ibu memaksakan diri melakukan terapi musik bagi janin segera setelah waktu makannya.

3.    Pilihan musik dan lagu
Untuk terapi, sebaiknya ibu tidak hanya memperdengarkan gubahan musik klasik. Selingi dengan lagu anak-anak agar ibu bisa sekalian mengajak bayi berkomunikasi. Banyak jenis musik lain terbukti dapat merangsang kecerdasan. Misalnya, musik instrumen rebana, lagu anak-anak, dan lagu-lagu rohani.

Tabel 2.1 Panduan Terapi Musik Di Rumah
No.
Siklus Hidup
Kondisi
Komposisi Musik
Komponis
1.
Masa kehamilan 1-3 Bulan
Normal
Cassation
W.A. Mozart
Prelude to Rosamunde
Franz Schubert
Stres
La Mer
Claude Debussy
Symphoni No. 4
Felix Mandelsohn
2
Janin usia 3-6 Bulan
Normal
- Konser piano C Mayor KV 467: Andante –
  Konser PIano No. 21
- Konser Seruling G. Dur.KV.313   
  Allegro;Andante;Rondo
- Kuartet Seruling No. 1, 2, 3, & 4 KV 285
W.A. Mozart

W.A. Mozart

W.A. Mozart
3.
Janin usia 6-9 Bulan
Normal
- Konser piano C Mayor KV 467: Andante
- Konser PIano No. 21
- Konser Seruling G. Dur.KV.313
  Allegro;Andante;Rondo
- Kuartet Seruling No. 1, 2, 3, & 4 KV 285
- Twinkle-twinkle Little Star -Baa, Baa Black
  Sheep -Satu, Dua, Tiga
W.A. Mozart

W.A. Mozart

W.A. Mozart
Pa Kasur
Aktif
 1.Konser Seruling
 2.Prelude to Rosamunde
1.W.A. Mozart 2.Franz Schubert
4.
Bayi baru lahir s/d dua minggu
Normal
- Andante dari Symphoni No. 25 in G Minor
  (K. 183)
- Andante Sostenute dari Violin Sonata in C.
  Mayor (K. 926)
- Lagu-lagu bisa dikembangkan oleh orang
  tua dengan membuat kata-kata yang sesuai
  dengan keinginan Anda untuk mengiringi
  melodi-melodi di atas
W.A. Mozart
Tabel 2.1.   Narasumber: Dra. Hj. Iesye Widodo, Psi ( dikutip dari nakita edisi 227/V/9 Agustus 2003 )
4.    Cara melakukan
Iesye menganjurkan, ketika ingin memulai terapi, sebaiknya ibu berkonsultasi dulu dengan terapis profesional untuk mendapatkan pengarahan, seperti apa manfaatnya, kapan harus dilaksanakan, dan bagaimana caranya secara terperinci. Tentu saja agar terapinya berjalan efektif dan optimal. “Selanjutnya, ibu bisa mempraktekkannya di rumah sambil membaca berbagai referensi yang memang sangat penting diketahui.”
Berikut, Iesye mengenalkan tiga tahapan pendahuluan dari terapi musik yang bisa dijadikan pedoman saat ibu melakukannya di rumah. 
a.       Relaksasi Fisik
Untuk mencapai relaks secara fisik, ibu dapat menggunakan teknik progresif relaksi. Pada tahap ini ibu yang sedang hamil harus mengendorkan dan mengencangkan otot-otot tubuh secara berurutan sambil mengatur napas. Relaksasi ini sangat dibutuhkan agar musik bisa dicerna dengan baik dan dapat tersalurkan ke seluruh anggota tubuh.
Pilihlah posisi yang paling nyaman, bisa sambil tiduran ataupun duduk. Bila ibu lebih bisa berkonsentrasi pada musik dengan posisi duduk, ambillah posisi ini. Demikian pula dengan posisi tiduran.

b.      Relaksasi Mental
Setelah relaksasi fisik maka saatnya untuk masuk ke tahapan relaksasi mental. Di tempat terapi, selama tahapan ini awalnya ibu hamil dipandu instruktur terapis dengan kata-kata yang bersifat sugesti. Tujuannya untuk membawa ibu ke suasana di mana mereka bisa melupakan ketegangan dan kecemasan yang dirasakan selama kehamilan. Agar sampai ke tujuan, ibu dianjurkan untuk berkonsentrasi. Musik yang mengiringinya tentu saja yang bisa membangkitkan perasaan relaks. Selanjutnya, dengan mengikuti instruksi yang sudah pernah didapat, ibu dapat melakukannya sendiri di rumah.

c.       Stimulasi atau Rangsangan Musik pada Janin
Untuk memperoleh manfaat maksimal dari terapi ini, ibu dianjurkan untuk mendengarkan musik dengan konsentrasi dan kesadaran penuh. Alunan suaranya mesti bisa merasuki pikiran ibu tanpa ada gangguan berupa ketidakstabilan emosi, suara berisik, dan kurang konsentrasi.
Saat mendengarkan musik, ambil posisi sekitar setengah meter dari tape atau dapat menggunakan walkman. Usahakan volume suaranya jangan terlalu keras ataupun lemah, tetapi sedang-sedang saja. Intinya, volume tersebut dapat menyamankan dan membuat ibu bisa berkonsentrasi penuh. Sesekali, boleh menempelkan earphone ke perut ibu agar janin bisa mendengar lebih jelas. Ketiga cara ini, sama baiknya.
Dianjurkan pula untuk tidak mendengarkan musiknya saja, kalau bisa ibu ikut berdendang mengikuti melodi atau liriknya. Untuk itu, bisa pilih lagu Twinkle-twinkle Little Star atau lagu-lagu ciptaan Ibu Sud, Pak Kasur, dan A.T Mahmud. Selain syair-syairnya cocok buat anak, lagu-lagu itu juga tidak lekang digusur zaman.
Waktu yang diperlukan untuk terapi sekitar 30 menit setiap hari. Asalkan ibu bisa berkonsentrasi dengan baik, dalam sehari boleh satu, dua, atau tiga lagu yang didengarkan. Bila banyaknya jenis lagu malah membuyarkan konsentrasi, sebaiknya pilih satu jenis saja dalam sehari.

H.  Durasi terapi musik
Mungkin semua jenis musik, dari yang tradisional hingga modern, bisa pula dimanfaatkan untuk hal yang sama. Namun, hingga saat ini yang sudah diteliti dan menunjukkan hasil positif baru musik klasik, terutama karya Mozart. Jenis musik ini terbukti efektif dalam menstimulasi perkembangan otak belahan kanan dari janin. Menurut Suzuki (1987), seperti dikutip Utami, bila anak dibesarkan dalam suasana musik Mozart sejak dini, jiwa Mozart yang penuh kasih sayang akan tumbuh juga dalam dirinya.
Mendengar alunan musik yang tenang, jantung si janin berdenyut dengan tenang pula. Bahkan, setelah dilahirkan mendengarkan musik klasik juga memberi pengaruh baik bagi si bayi. Bayi yang dilahirkan, ketika berusia dua tahun ternyata memiliki kemampuan komunikasi pasif dan aktif seperti anak usia empat tahun. Isye juga menyatakan, lagu anak-anak yang dipilih untuk terapi cukup dua tiga lagu. Musik bersyair itu misalnya lagu anak-anak ciptaan Ibu Sud atau Ibu Kasur. Menurut dia, Pelangi-Pelangi merupakan lagu paling disukai. “Pada akhir lagu itu ”kan ada syair ”… ciptaan Tuhan”. Jadi sejak janin, calon anak ini sudah mengenal kata Tuhan,” jelasnya.
Stimulasi perkembangan otak janin ini bisa dilakukan sejak usia kehamilan 18 – 20 minggu. Menurut Harold I. Kaplan, Benjamin J. Sadock, dan Jack A. Grebb, pada usia itu janin sudah dapat mendengar. Dia juga sudah bisa bereaksi terhadap suara dengan memberi respons berupa kontraksi otot, pergerakan, dan perubahan denyut jantung. Bahkan, pada usia itu perkembangan mental emosional janin sudah dapat dipengaruhi musik. Mendengarkannya bisa dilakukan di mana saja. Namun, untuk tujuan terapi sebaiknya dilakukan di tempat khusus untuk terapi dan dipandu oleh pakarnya. “Di tempat terapi ini akan tercipta suasana kebersamaan. Dengan kebersamaan itu, mereka bisa bertukar pengalaman dan sebagainya, sehingga saat menghadapi persalinan persiapan mental mereka sudah bagus dan rasa percaya dirinya juga bagus,” jelas Isye.
Di samping itu ibu hamil dianjurkan pula mendengarkan musik di rumah secara teratur. Dalam melakukan terapi musik, ibu hamil mesti melalui tahapan relaksasi fisik dan mental sebelum memasuki tahapan stimulasi terhadap janin

Setelah secara fisik rileks, baru memasuki relaksasi mental. Dalam relaksasi mental, saya mengucapkan kata-kata yang bersifat sugesti dan menguatkan. Jadi secara fisik mereka rileks, dan saya membawa mereka ke dalam suasana di mana mereka bisa melupakan semua konflik yang mereka rasakan sebelumnya. Mereka hanya berkonsentrasi untuk terapi. Pada saat diberi instruksi-instruksi untuk relaksasi, diperdengarkan alunan musik yang bisa membangkitkan perasaan rileks. (Sumber : Majalah Intisari). Baby Orchestra.htm

Sabtu, 09 November 2013

Anatomi Fisiologi Nasal

        Hidung

            Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang yang dipisahkan oleh sekat hidung. Bagian luar dinding hidung terdiri dari kulit, lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan, lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat yang dinamakan konka hidung (konka nasalis) (Syaifuddin, 1995).
 
Gambar 1. Kerangka luar hidung (Ballenger, 1994)
Keterangan :
1.       Kartilago lateralis superior
2.       Septum
3.       Kartilago lateralis inferior
4.       Kartilago alar minor
5.       Processus frontalis tulang maksila
6.    Tulang hidung  
Hidung berbentuk piramid, kira-kira dua per lima bagian atasnya terdiri dari tulang dan tiga per lima dibawahnya tulang rawan. Bagian puncak hidung biasanya disebut apeks, agak ke atas dan belakang dari apeks disebut batang hidung atau dorsum nasi, yang berlanjut sampai ke pangkal hidung dan menyatu dengan dahi, yang disebut kolumela membranosa mulai dari apeks, yaitu di posterior bagian tengah bibir dan terletak sebelah distal dari kartilago septum. Titik pertemuan kolumela dengan bibir atas dikenal sebagai dasar hidung (Ballenger, 1994).Pada gambar 1 tampak kerangka luar hidung yang terdiri dari dua tulang hidung, processus frontal tulang maksila, kartilago lateralis superior, sepasang kartilago lateralis inferior dan tepi anterior kartilago septum nasi. Tepi medial kartilago lateralis superior menyatu dengan kartilago septum nasi dan tepi atas melekat erat dengan permukaan bawah tulang hidung serta processus frontal tulang maksila. Tepi bawah kartilago lateralis superior terletak di bawah tepi atas kartilago lateralis inferior.
Dasar hidung dibentuk oleh processus palatina (1/2 bagian posterior) yang merupakan permukaan atas lempeng tulang tersebut (Bajpai, 1991)
 
 Gambar 2. Rongga hidung pandangan bawah (Ballenger, 1994)
Keterangan :
1. Kartilago alar
a. Medial crus
b. Lateral crus
2. Spins hidungis anterior
3. Fibro aleolar
4. Kartilago septal
5. Sutura intermaksilaris

Pada tulang tengkorak, lubang hidung yang berbentuk segitiga disebut apertura piriformis. Tepi latero superior dibentuk oleh kedua tulang hidung dan processus frontal tulang maksila. Pada gambar dua memperlihatkan tonjolan di garis tengah hidung yang disebut spina hidungis anterior. Bagian hidung bawah yang dapat digerakkan terdiri dari dua tulang alar (lateral inferior) dan kadang-kadang ada tulang sesamoid di lateral atas. Tulang rawan ini melengkung sehingga membuat bentuk nares. Kedua krus medial dipertemukan di garis tengah oleh jaringan ikat dan permukaan bawah septum oleh kulit. Di dekat garis tengah, krus lateral sedikit sedikit tumpang tindih dengan kartilago lateralis superior. Krus medial saling terikat longgar dengan sesamanya. Beberapa tulang rawan lepas, kecil-kecil (kartilago alar minor) sering ditemukan di sebelah lateral atau di atas krus lateral. Kulit yang membungkus hidung luar tipis dan mengandung jaringan sub kutan yang bersifat areolar (Ballenger, 1994).
Tulang hidung merupakan tulang yang rata, yang satu dengan yang lain bersendi di garis tengah menuju jembatan hidung, masing-masing tulang berbentuk empat persegi panjang yang mempunyai dua permukaan dan empat pinggir (Bajpai, 1991).
Nares anterior menghubungkan rongga hidung dengan dunia luar. Nares anterior lebih kecil dibandingkan dengan nares posterior yang berukuran kira-kira tinggi 2,5 cm dan lebar 1,25 cm (Ballenger, 1994).
Gambar 3. Permukaan medialis tulang hidung kiri (Bajpai, 1991)
Keterangan :
1.Pinggir superior
2.Pinggir medialis dan krista maksilaris
3.Foramen vaskuler
4.Sulkus untuk nervus ethmoidalis
5.Pinggir lateral

Permukaan eksternus sedikit cembung dan terdapat foramen vaskuler yang dilalui oleh sebuah vena kacil dari hidung. Sebagaimana gambar 3 terlihat permukaan internus yang sedikit cekung dalam bidang transversal dan terdapat sebuah alur tegak lurus untuk dilalui oleh nervus ethmoidalis anterior serta pembuluh-pembuluh darahnya. Pinggir superior merupakan pinggir yang paling tebal, tetapi sedikit lebih pendek daripada pinggir inferior dan bersendi dengan bagian medialis incisura hidungis tulang frontal. Pinggir lateralis bersendi dengan processus frontalis tulang maksila dan pinggir medialis membentuk sutura interhidungis, bersendi dengan tulang yang sama dari sisi yang berlawanan.tulang hidung ini berkembang dari penulangan membranosa dengan satu pusat primer yang tampak pada umur 12 minggu dari kehidupan intrauterin (Bajpai,1991).
Atap hidung terdiri dari kartilago lateralis superior dan inferior, tulang hidung, processus tulang maksila, korpus tulang ethmoid dan korpus tulang sphenoid. Sebagian besar atap hidung dibentuk oleh lamina kribosa yang dilalui filamen-filamen nervus olfaktorius yang berasal dari permukaan bawah bulbus olfaktorius yang berjalan menuju bagian teratas septum nasi dan permukaan kranial konka superior (Ballenger, 1994).


Gambar 4. Septum nasi tanpa mukosa (Ballenger,1994)

Keterangan :
1.      Tulang frontal                                          
2.      Spina frontalis
3.      Tulang hidung
4.      Kartilago septalis
5.      Kartilago lateralis superior
6.      Kartilsgo alar
7.      Kartilago vomerohidung
8.      Spina hidungis anterior
9.      Incisura canal
10.  Lamina perpendikularis tulang ethmoid
11.  Sinus spenoid
12.  Tulang vomer
13.  Krista palatum
14.  Krista maksila

Sebagaimana terlihat pada gambar 4 diatas bahwa septum (dinding medial) dibentuk oleh tulang vomer di sebelah postero superior. Kartilago septalis terletak di sebelah anterior di dalam angulus internus diantara tulang vomer dan lamina perpendikularis. Krista tulang hidung di sebelah antero superior, rostrum dan krista os spenoidalis di sebelah postero superior, sedangkan krista hidungis maksila serta os palatum berada disepanjang dasar hidung (Bajpai, 1991). Tepi bawah artikulasio kartilago quadrilateral dengan spina maksilaris dan tulang vomer terdapat dua kartilago lain yang dikenal dengan kartilago vomero hidung. Septum dilapisi oleh perichondrium yang merupakan kartilago dan periosteum yang merupakan tulang, sedangkan di bagian luarnya oleh mukosa membran (Hall, 1979). Bagian atas dari tulang rawan hidung terdiri dari dua kartilago lateralis inferior (kartilago alar) yang bentuknya bervariasi (Ballenger, 1994).
Kavum nasi meluas dari nares sampai di belakang khoana. Bagian ini dibagi menjadi dua bagian atau dua fossa hidungis oleh septum nasi yang dibentuk oleh atap rongga terdiri dari processus palatina horisontalis di bagian posterior (Meschan, 1959). Kavum nasi dibagi oleh septum nasi menjadi dua ruang yang mempunyai struktur anatomis hampir sama tetapi tidak simetris (Hall, 1979).
Dinding lateral terdapat suatu tonjolan yang disebut sebagai konka yang di atasnya terdapat suatu celah disebut meatus. Ada tiga buah konka atau turbinatus yaitu konka inferior, konka media, dan konka superior. Konka inferior terdiri dari tulang yang menahan dinding lateral kavum nasi. Konka media dan konka superior merupakan bagian dari tulang ethmoid. Konka dilapisi oleh suatu mukosa membranosa dan ephitelium bersilia. Di bawah mukosa terdapat jaringan erectile, terutama pada bagian anterior dan posterior dari tepi konka inferior, bawah konka inferior dan tepi anterior konka media (Hall, 1979). Selain tiga buah konka diatas, kadang-kadang terdapat konka ke empat (konka suprema) yang teratas (Ballenger,1994). Konka hidungis suprema atau konka ke empat terletak pada permukaan tulang ethmoidalis daitas dan dibelakang konka hidungis superior (Bajpai, 1991). 
2.2.   Fungsi Hidung
2.2.1.      Alat Penciuman
Nervus olfaktorius atau saraf kranial melayani ujung organ pencium. Serabut-serabut saraf ini timbul pada bagian atas selaput lender hidung, yang dikenal sebagai bagian olfaktorik hidung. Nervus olfaktorius dilapisi sel-sel yang sangat khusus, yang mengeluarkan fibril-fibril halus untuk berjalin dengan serabut-serabut dari bulbus olfaktorius. Bulbus olfaktorius pada hakekatnya merupakan bagian dari otak yang terpencil, adalah bagian yang berbentuk bulbus (membesar) dari saraf olfaktorius yang terletak di atas lempeng kribiformis tulang ethmoid. Dari bulbus olfaktorius, perasaan bergerak melalui traktus olfaktorius dengan perantaraan beberapa stasiun penghubung, hingga mencapai daerah penerimaan akhir dalam pusat olfaktori pada lobus temporalis otak, dimana perasaan itu ditafsirkan (Pearce, 2002).                                                                                                   
2.2.2.      Saluran Pernapasan
Rongga hidung dilapisi selaput lender yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan faring dan dengan selaput lender semua sinus yang mempunyai lubang masuk ke rongga hidung. Daerah pernapasan dilapisi dengan epithelium silinder dan sel epitel berambut yang mengandung sel cangkir atau sel lender. Sekresi dari sel itu membuat permukaan nares basah dan berlendir. Diatas septum nasalis dan konka selaput lender ini paling tebal, yang diuraikan di bawah. Adanya tiga tulang kerang (konkhae) yang diselaputi epithelium pernapasan dan menjorok dari dinding lateral hidung ke dalam rongga, sangat memperbesar permukaan selaput lendir tersebut.
Sewaktu udara melalui hidung, udara disaring oleh bulu-bulu yang terdapat di dalam vestibulum, dan arena kontak dengan permukaan lender yang dilaluinya maka udara menjadi hangat, dan oleh penguapan air dari permukaan selaput lender menjadi lembab (Pearce, 2002).
2.2.3.      Resonator
Ruang atas rongga untuk resonansi suara yang dihasilkan laring, agar memenuhi keinginan menjadi suara hidung yang diperlukan. Bila ada gangguan resonansi, maka udara menjadi sengau yang disebut nasolalia (Bambang, 1991).
2.2.4.      Regulator atau Pengatur (Bambang, 1991)
Konka adalah bangunan di rongga hidung yang berfungsi untuk mengatur udara yang masuk, suhu udara dan kelembaban udara.
2.2.5.      Protektor Atau Perlindungan
Hidung untuk perlindungan dan pencegahan (terutama partikel debu) ditangkap oleh rambut untuk pertikel yang lebih kecil, bakteri dan lain-lain melekat pada mukosa. Silia selanjutnya membawa kebelakang nasofaring, kemudian ditelan (Bambang, 1991).